SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Perayaan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April bertumpu pada esensi perjuangan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan, di mana setiap perempuan berhak mendapatkan akses membangun dirinya sekaligus menjalani multi peran, mulai dari pekerja hingga ibu rumah tangga, untuk meraih potensi terbaiknya. Sayangnya, rasa berdaya, khususnya bagi para Ibu, masih memerlukan perhatian khusus.
Survei Orami tahun 2021 menemukan bahwa 40% Ibu masih belum merasa berdaya dengan beberapa alasan yang diungkapkan, di antaranya masalah finansial, low self-esteem & personal development, manajemen waktu, kurangnya keterlibatan sosial, hingga potensi diri yang tidak terpenuhi.
Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai sebuah proses multidimensi aktif yang memungkinkan perempuan untuk menyadari identitas dan kekuatan penuh mereka di semua bidang.
Pada survei Orami yang sama, salah satu dimensi yang menjadi sorotan utama bagi Ibu yang merasa belum berdaya adalah masalah finansial (27%).
Aspirasi mandiri secara ekonomi didasari oleh beberapa keinginan, di mana 33% Ibu tidak ingin mengandalkan pendapatan hanya dari suami, 23% Ibu ingin mempunyai pilihan dalam keputusan finansial dalam keluarga, dan 22% Ibu ingin memiliki sarana aktualisasi diri.
Ferry Tenka, Founder Orami & Chief Product Officer SIRCLO, mengatakan dalam aspek pemberdayaan perempuan, survei Orami menunjukkan bahwa 7 dari 10 Ibu melihat kewirausahaan sebagai pilihan ideal untuk mencapai kemandirian ekonomi karena fleksibilitas waktu kerja.
Sayangnya, masih banyak stigma negatif yang melekat pada pengusaha perempuan, meskipun data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 justru menunjukkan pengusaha perempuan dalam sektor UMKM mendominasi sebesar 64,5% atau setara dengan 37 juta pengusaha.
"Angka ini menjadi bukti dari semangat perjuangan perempuan yang sejalan dengan nilai emansipasi R.A. Kartini, sehingga perlu kita dukung melalui akses edukasi dan peluang ekonomi yang merata," terangnya.
Ibu Dalam Multidimensi
Gagasan dan semangat yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini terus menginspirasi perempuan di seluruh Indonesia untuk mendapatkan kesetaraan akses dan peluang ekonomi.
Berikut beberapa langkah yang dapat digunakan para Ibu untuk mendukung multiperannya sekaligus keinginan berdaya:
1. Berdaya untuk Diri Sendiri
Menurut survei Orami, 22% Ibu ingin mandiri secara ekonomi dikarenakan membutuhkan sarana aktualisasi diri. Investasi pada pendidikan dan pelatihan merupakan langkah yang bisa dicoba bagi para Ibu, sebab tidak hanya menunjang kehidupan profesional mereka, tetapi juga untuk pengembangan diri.
2. Berdaya untuk Keluarga
Keinginan untuk berdaya dalam ekonomi keluarga juga tercermin dalam survei Orami, di mana 33% Ibu menjawab bahwa pengelolaan penghasilan juga turut dikelola bersama. Sehingga kedua belah pihak mengumpulkan semua pendapatan dan masing-masing mengambil bagian sesuai kebutuhan.
Berbagai studi global menunjukkan bahwa perempuan yang berdaya secara ekonomi dan mengendalikan pendapatannya, biasanya memprioritaskan penggunaan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk nutrisi, kesehatan, dan pendidikan anak-anak.
Kini, banyak para Ibu yang bisa semakin produktif sambil menjalankan peran gandanya, yaitu sebagai Ibu Rumah Tangga dan pekerja guna membantu memberikan pendapatan tambahan bagi keluarga.
Namun, yang paling terpenting untuk mewujudkan keinginan ini adalah keseimbangan dan memperoleh dukungan dari pasangan saat menjalankan multi perannya.
3. Berdaya untuk Komunitas dan Negara
Ibu juga merupakan agent of change dan penggerak ekonomi bangsa. Dominasi pengusaha Ibu dan perempuan di Indonesia dalam sektor UMKM juga sejalan dengan penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Hingga saat ini, 97% lapangan pekerjaan di Indonesia diciptakan oleh UMKM.
Namun, pengusaha perempuan harus didukung untuk mendapatkan akses yang setara mengenai edukasi keuangan, kredit dan investasi, teknologi digital, dan lainnya.
Orami Melalui IbuSibuk Lanjutkan Perjuangan R.A. Kartini di Era Modern
Menjawab aspirasi untuk berdaya, Orami melalui IbuSibuk berkomitmen menghadirkan sebuah program pemberdayaan ekonomi bagi para komunitas Ibu melalui teknologi untuk menjadi Key Opinion Leader (KOL) atau momfluencers.
Saat ini, IbuSibuk telah menaungi lebih dari 100.000 Ibu untuk mendapatkan penghasilan tambahan sekaligus memberikan kontribusi yang lebih luas bagi keluarga, kerabat, hingga perekonomian nasional.
Ibu Dian Ayu Palupi, Momfluencer IbuSibuk asal Bali mengakui, meski ingin tetap di rumah dan tidak melewatkan momen bersama anak, ia pun memiliki keinginan kuat untuk berdaya dan berkontribusi lebih.
"Karenanya, menjadi momfluencer IbuSibuk menjadi solusi ideal bagi saya, di mana saya mendapatkan peluang untuk melakukan lebih banyak hal, mendukung kebutuhan rumah tangga, dan memberikan manfaat kepada orang sekitar," ungkapnya.
Dalam Laporan Dampak SIRCLO 2023, para Ibu mengungkapkan alasan yang mendasari memilih profesi sebagai momfluencer, yaitu 87.7% waktu kerja yang fleksibel, 57% mudah untuk dijalankan, dan 48.4% sesuai dengan keahlian dan passion.
Kelebihan waktu yang fleksibel ini membawa 6 dari 10 Ibu menjadikan momfluencer sebagai pekerjaan sampingan mereka.
Setelah bergabung dengan IbuSibuk, para momfluencers merasakan dampak secara langsung, yaitu 80% dari mereka mengalami peningkatan jumlah proyek kampanye bersama brands ternama hingga 5 kali lipat.
Hal ini juga mendorong 45,9% momfluencer memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan rumah tangga, di mana sebelumnya 14,2% diantaranya tidak memegang peran sebagai penyumbang pendapatan rumah tangga dalam keluarga.7
Guna mendukung para momfluencer meningkatkan keterampilannya, IbuSibuk memberikan pendampingan secara intensif, mulai pelatihan fotografi, video editing, hingga cara berjualan melalui live streaming.
Azzah Azizah, Momfluencer IbuSibuk asal Makassar menjelaskan bahwa tim IbuSibuk selalu ada untuk memberikan respon yang cepat dan solutif.
"Mereka pun rutin melakukan pendampingan, sehingga saya merasa sangat terbantu dan berkembang, seperti dalam hal digital marketing, editing, dan berbagai ‘hack’ lainnya,” kata dia.
Editor : Ali Masduki