SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Studio Daluang Surabaya kembali mencetak kreatornya. Kali ini, dalam rangkaian program Daluang Creator Academy mempersembahkan konsep kekaryaan pada aktivisme lingkungan bertajuk Eco Print dengan konsep Intimate Class.
Kelas yang diselenggarakan selama sehari ini merupakan kolaborasi antara Studio Daluang dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Timur (DEKS Space), di Ciputra World Surabaya.
Para peserta berasal dari usia yang beragam dan dilatarbelakangi oleh berbagai bidang pekerjaan. Ada yang masih siswa, karyawan, pebisnis, dan wirausahawan.
Mereka berkumpul dalam kelas yang menawarkan pengalaman langsung dalam proses pembuatan eco print.
"Ini adalah langkah kami dalam memperluas pengetahuan tentang eco print dan mendorong kesadaran lingkungan," kata Syah Laksmi, inisiator kelas.
"Dengan konsep intimate class, kami berusaha memastikan bahwa pengetahuan ini dapat disampaikan dengan baik kepada para peserta, dan melalui sesi praktek, mereka dapat merasakan pengalaman langsung dalam proses pembuatan eco print," lanjutnya.
Materi tentang pentingnya dan proses pembuatan eco print disampaikan oleh narasumber Rafi Sirajuddin Ahmad.
Rafi menjelaskan mengapa eco print menjadi alternatif yang penting dalam mengurangi dampak negatif pewarna tekstil terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Ia juga membeber data terkait penelitian dari berbagai riset, baik nasional maupun internasional.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertebal pemahaman peserta terkait pentingnya mengurangi penggunaan pewarna tekstil dalam seni kriya termasuk fashion.
"Ecoprint memiliki keunggulan sebagai solusi yang mudah, murah, ramah lingkungan, dan terbarukan," ujarnya.
Eco Print class kali ini mengusung tema "Semangat Semanggi", merespon tumbuhan semanggi yang diketahui sebagai identitas yang melekat dari Surabaya. Pada mulanya hanya dikenal masyarakat sebagai bahan kuliner khas kota pahlawan.
Selain mencetak kreator, kolaborasi antara tenaga ahli dalam hal ecoprint dengan dapur riset Studio daluang ini bertujuan menghasilkan karya baru yang unik sekaligus dekat di hati masyarakat.
Dalam kelas, para peserta dipandu menggunakan teknik pounding untuk mengkreasikan daun semanggi.
Teknik ini menggunakan media kain yang telah melalui tahapan mordanting (pencelupan dengan air tawas) bertujuan untuk membuka pori-pori pada kain sehingga zat pewarna alami dari daun lebih mudah menempel dan terserap secara maksimal.
Lalu media kain (totebag) yang telah disediakan, disusun dengan daun dan bunga membentuk ornamen.
Ornamen yang tersusun di tutup plastik transparan untuk kemudian di terapkan pounding, yakni dipukul-pukul menggunakan palu kayu sampai zat warna pada daun menempel dan berbentuk motif yang dikehendaki peserta.
"Kami diberikan training kit lengkap yang membuat kelas ini sangat fokus dan informatif," kata Titia Andamsari, salah satu peserta Eco Print Class yang kesehariannya juga bergerak di industri fashion.
"Saya berharap dapat menggabungkan teknik eco print ini dengan karya-karya saya ke depannya," tandasnya.
Dengan semangat ‘Berkarya Bersama’, Studio Daluang Surabaya berupaya menginspirasi dan memberdayakan masyarakat melalui kreasi-kreasi yang ramah lingkungan dan berkesan.
Eco Print Class bukan hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga sebuah perayaan kreativitas dan kepedulian lingkungan yang memberikan inspirasi bagi semua peserta.
Kelas ini juga diisi dengan berbagai diskusi dan interaksi antara peserta, menciptakan suasana yang membangun dan mendukung pertukaran ide-ide kreatif.
Kolaborasi antara Studio Daluang, DEKS Space, dan tenaga ahli eco print menciptakan momentum yang berharga untuk memperkuat komunitas seniman dan pegiat lingkungan di Surabaya.
Studio Daluang Surabaya berharap bahwa Eco Print Class ini akan menjadi langkah awal yang menginspirasi perubahan positif dalam upaya melestarikan lingkungan melalui seni dan kreasi.
Dengan semakin banyaknya orang yang terlibat dalam gerakan ini, diharapkan dapat bersama-sama menciptakan dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan dengan melibatkan budaya lokal dan kesenian.
Editor : Ali Masduki