SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pj Gubernur Jawa Timur (Jatim) Adhy Karyono memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2024 di halaman Gedung Negara Grahadi, Kamis (2/5/2024).
Upacara peringatan ini diramaikan dengan banyak pertunjukan siswa dari berbagai daerah di Jatim. Mulai dari persembahan Tari Kolosal dan Kidung Timur Branjang Kawat dari SMKN 12 Surabaya serta Persembahan Fashion Show dari 60 siswa difabel yang diiringi 25 personel musik gamelan. Di samping itu, acara disemarakan dengan pertunjukan drumband oleh Gita Suara Nala dari SMA Taruna Nala.
Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono menegaskan bahwa pemerintah provinsi serius dan berkomitmen tinggi dalam mentransformasi pendidikan demi terwujudnya peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Salah satunya, menerapkan dan memaksimalkan implementasi kurikulum merdeka di jenjang SMA, SMK dan SLB di Jatim. "Sistem Merdeka Belajar betul-betul terimplementasi dengan baik di Jatim. Ini terbukti dengan banyaknya capaian gemilang di bidang pendidikan yang berhasil kita capai," katanya.
Dalam kesempatan ini dilakukan penyematan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya kepada 3 orang guru. Untuk masa bakti 30 tahun, diberikan pada Johanes Mardijono dari SMAN 15 Surabaya. Untuk masa bakti 20 tahun, diberikan kepada Heru Paryono dari SMAN 1 Kejayan Pasuruan. Dan masa bakti 10 tahun diberikan untuk Arik Harianto dari SMKN 12 Malang.
Selain itu, diberikan juga sejumlah penghargaan kepada para guru berprestasi di Jatim. Didampingi Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Aries Agung Paewai, penghargaan diserahkan kepada 20 orang guru.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim Aries Agung Paewai mengatakan, dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045 pihaknya akan terus melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan. Mulai peningkatan kompetensi guru juga pemerataan sarpras sekolah. “Pemprov Jatim begitu konsen sehingga menyediakan anggaran besar untuk pengembangan dunia pendidikan di Jatim,” katanya.
Menurutnya, mengurus SMA/SMK/SLB di 38 kabupaten/kota tidak mudah. Tentunya membutuhkan biaya yang besar. Dengan biaya besar, pihaknya mencoba memetakan mana saja potensi yang harus ditingkatkan dan mana saja yang masih di bawah taraf pendidikan yang belum maksimal.
“Pendidikan Jatim memang belum merata. Sebab, masih banyak yang tertinggal di daerah-daerah terpencil. Tapi dengan adanya transportasi yang bisa dijangkau tidak mungkin tidak kami tutupi, bagaimana menyiapkan sarpras itu sesuai dengan standar minimal harus sama tidak boleh ada perbedaan kota dan desa," pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto