JOMBANG, iNewsSurabaya.id - Di Pesantren Tebuireng Jombang, perayaan Idul Adha selalu membawa semarak kebersamaan. Selain membagikan daging kurban kepada masyarakat sekitar, ribuan santri turut merayakannya dengan acara bakar sate massal yang penuh keceriaan. Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan santri setiap tahunnya.
"Ada empat titik bakar sate rame-rame di dalam pondok, yakni di pondok putra dan putri," ujar Lukman Hakim, salah satu pengurus Ponpes Tebuireng Jombang. Dari pengamatan iNews.id, halaman tengah pondok induk dipenuhi oleh ratusan santri yang dengan antusias memanggang sate daging kurban. Para santri dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing bertanggung jawab atas tusukan sate yang dibakar di hadapan mereka.
Tradisi bakar sate ini memberikan pengalaman liburan Idul Adha yang berbeda bagi para santri. "Para santri menikmati liburan hari raya dengan bakar sate rame-rame di pondok," kata Lukman. Setiap kelompok santri, yang terdiri dari 5-10 orang, menerima jatah daging kurban lengkap dengan bumbu dan alat pembakaran sate dari panitia penyembelihan hewan kurban pondok.
M Khoirul Sarifudin, salah satu santri, berbagi pengalamannya mengikuti tradisi ini. "Saya sudah ikut bakar sate rame-rame sejak kelas 1 SMP di Tebuireng. Tradisi ini hanya terhenti sekali saat pandemi COVID-19, tapi sekarang sudah empat tahun saya ikut," ujarnya. Meski tidak bisa pulang kampung, Khoirul mengaku sangat menikmati kebersamaan dan keceriaan bakar sate di pesantren. "Seru nyate di sini, lebih ramai dan menyenangkan dibanding di rumah sendirian," tambahnya.
Kegiatan bakar sate massal ini juga memiliki dampak positif dalam membangun solidaritas dan kebersamaan di antara para santri. "Alhamdulillah, acara ini sangat seru untuk meningkatkan kekompakan, gotong royong, dan kreativitas anak-anak. Rasa persaudaraan di antara kami semakin kuat," tutur santri kelas 11 SMA tersebut.
Pesantren Tebuireng Jombang telah menjadikan tradisi bakar sate sebagai momen yang tidak hanya memeriahkan hari raya, tetapi juga mempererat tali persaudaraan di antara santri. Kemeriahan dan kehangatan ini menjadi cerita yang selalu dikenang, mengukir indahnya kebersamaan di setiap perayaan Idul Adha.
Editor : Arif Ardliyanto