SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Founder Kawoong Innovation Hadi Wardoyo SH, MH, MM menyerahkan sebuah cinderamata QR Art lukisan bergambar Letjen Ida Bagus Sudjana, mantan menteri pertambangan era Presiden Soeharto.
Cinderamata sebagai bentuk penghargaan tanda jasa itu diberikan kepada putranya, Letjen Purn Ida Bagus Purwalaksana di kediaman.
"Perjuangan dan rekam jejak beliau sangat luar biasa bagi negeri kita tercinta," ungkap Hadi Wardoyo.
Karya codeisme QR Art merupakan satu-satunya di dunia dan telah mengantongi hak kekayaan intelektual. Gambar paduan scan barcode tersebut, bisa bercerita banyak tanpa perlu bertanya-tanya lagi. Semua jawaban tersedia pada peramban.
Sebagaimana rekam jejak Letjen Purn Ida Bagus Sudjana. Sekali tangkap layar melalui Google Lens, semua data tersedia. Letjen Ida Bagus Sudjana sendiri bukan sosok sembarangan.
Ia adalah seorang tokoh Indonesia yang aktif dalam politik dan militer. Sempat menjabat sebagai Menteri di Kementerian Pertambangan dan Energi pada periode 1993 hingga 1998 dalam Kabinet Pembangunan VI.
Sebelumnya, dia juga pernah menjabat sebagai Panglima Kodam XII/Tanjungpura, Kalimantan Barat, Kepala Staf Umum ABRI, dan Sekjen Dephankam.
Letjen Purn Ida Bagus Purwalaksana (kiri) dan Letjen Ida Bagus Sudjana (kanan). Foto/Wikipedia
Sudjana adalah putra asli Bali kelahiran Sanur. Selepas dari Sekolah Lanjutan Umum Tingkat Atas (SLUA) Saraswati Denpasar, ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer Nasional (AMN) lulus tahun 1960.
Di AMN Magelang, tercatat sebagai angkatan pertama, sekelas dengan Jenderal TNI Edi Sudrajat. Selanjutnya, mengikuti pendidikan militer di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1973), Sekolah Staf dan Komando Gabungan (1978), dan Lembaga Pertahanan Nasional (1980).
Perjalanan kariernya di TNI dimulai pada 1961 ketika ia menjadi Komandan Peleton Pusat Pendidikan Artileri Medan Kota Cimahi, Bandung, Jawa Barat.
Di sanalah Sudjana bertemu Iskana Parwati yang menjadi pendamping hidupnya hingga akhir hayat. Pada 1971 Sudjana diangkat menjadi Komandan Rayon Armed Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Selama kurun 1975-1978, putra pendeta ini menjabat sebagai Komandan Resimen Armed Kostrad dan Komandan Resor Militer 121/DAM XII/TPR.
Kariernya di Kostrad juga membawa Sudjana ke Timor Timur dalam Operasi Seroja. Banyaknya pasukan ABRI yang gugur dalam operasi ini mendorong Sudjana mendirikan Yayasan Wredatama Seroja yang memberikan santunan dan beasiswa kepada anak-anak tentara.
Namun, pengalaman yang dianggap paling mengesankan adalah ketika Sudjana menjadi Komandan Rayon Militer Sintang, Kalimantan Barat, pada 1987-1989.
Semasa Jenderal TNI L.B. Moerdani menjabat sebagai Panglima ABRI, Sudjana yang berpangkat Mayor Jenderal dilantik menjadi Kepala Staf Umum ABRI.
Jabatan terakhir Sudjana di militer adalah Sekretaris Jenderal Departemen Kehakiman dan Keamanan dengan pangkat Letnan Jenderal karena ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Pertambangan dan Energi.
Editor : Ali Masduki