SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, 10% dari pasangan usia subur di Indonesia mengalami infertil atau kesulitan kemampuan dalam menghasilkan keturunan.
Angka ini merujuk pada data WHO, penelitian World Bank tentang penurunan fertilitas di indonesia dan Penelitian dari Perhimpunan Fertilisasi in Vitro Indonesia (Perfitri).
Salah satu pelopor In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung di Surabaya, Klinik Tiara IVF bertransformasi menjadi klinik terintegrasi (di RSUD Dr Soetomo dan RSIA Putri) memberikan layanan unggulan program IVF dengan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) dan teknologi embryoscope time lapse incubator.
Tim dokter yang menangani merupakan para ahli dan berpengalaman di bidangnya. Salah satunya adalah Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto SpOG. Subsp F.E.R yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (Perfitri).
Prof Hendy mengatakan, dengan banyak edukasi, pasutri dapat menimba harapan baru untuk berbagai kemungkinan memiliki keturunan. “Gangguan fertilitas itu bermacam-macam, semakin terbuka pasutri saat konsultasi, dokter semakin memperoleh gambaran yang tepat untuk penanganannya,” ujarnya saat Grand Opening Klinik Tiara IVF di RSIA Putri Surabaya, Sabtu (15/8/24).
Dia menambahkan, secara medis, dikatakan ada gangguan kesuburan apabila pasangan suami istri yang berhubungan secara teratur selama 1 tahun namun belum ada kehamilan. Namun jangka waktu ini bisa lebih pendek apabila usia istri di atas 35 tahun.
“Perempuan memang punya keterbatasan kualitas kesuburan. Di usia 35 mulai turun, 40 tahun bisa drop signifikan, 50 tahun menopause,” jelasnya.
Meski begitu, kata dia, potensi penyebab gangguan fertilitas sebenamya berimbang. Maka ketika pasutri berkonsultasi, wajib datang kedua-duanya ke dokter.
“Dan cara paling efektif adalah memeriksa terlebih dahulu potensi gangguan kesuburan di suami. Misalnya cek sperma,” imbuhnya.
Dari hasil periksa, barulah diberikan metode yang tepat. Bisa saja dengan perubahan gaya hidup, pengaturan asupan nutrisi, bantuan obat-obatan atau inseminasi.
Teknik IVF digunakan apabila ada masalah pada saluran reproduksi. Sehingga sel telur dan sel sperma dibantu dipertemukan di laboratorium dan dikembangkan hingga menjadi embrio untuk d ranster ke rahim istri. “Penatalaksanaan ini, di Tiara IVF didukung dengan dokter berpengalaman dan teknologi yang mumpuni,” imbuh Prof Hendy.
Saat ini, Tiara IVF menggunakan ICSI Mikroskop dengan macro manipulator. Dengan ICSI, ahli embriologi dapat menyeleksi sperma dulu memilih sel sperma unggul kemudian disuntikkan ke dalam sel telur menggunakan jarum khusus.
Satu lagi teknologi canggih yang digunakan adalah EmbryoScope time-lapse system. Alat mi digunakan untuk memantau perkembangan embrio secara time lapse dan dibantu Artifical intellegance (Al) untuk memilih embrio terbaik.
“Secara teknologi, kita tidak kalah dengan di luar negeri. Bahkan ada yang di luar negeri tidak berhasil, malah kembali ke sini dan berhasil,” kata Prof Hendy.
Salah satu dokter Klinik Tiara IVF, dr. Relly Yanuari P, SpOG. Subsp. F.E.R menambahkan, sebelummya pengawasan embrio dilakukan dengan cara manual. Mengeluarkan embrio dari inkubator, memeriksanya, lalu memasukkannya lagi ke inkubator.
“Dengan embryoscope time lapse hal itu tak diperlukan lagi karena embrio bisa dimonitor secara real time di inkubator itu. Jadi mengurangi risiko kerusakan karena kemungkinan kontaminasi saat keluar masuk itu,” imbuhnya.
Istri mantan Wakil Gubernur Jatim Arumi Bachsin mengatakan selama ini bayi tabung banyak dilakukan di luar negeri. “Tapi ternyata di sini (Surabaya) ada klinik yang bagus. Dengan layanan yang nyaman dan dokter-dokter berkualitas semoga bisa membantu pasangan yang ingin memiliki momongan,” ungkapnya.
Editor : Arif Ardliyanto