SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Bencana alam seringkali datang tanpa peringatan, mulai dari banjir bandang, gunung meletus, gempa bumi, hingga tanah longsor. Menghadapi kenyataan tersebut, keselamatan warga menjadi prioritas utama. Salah satu bencana besar yang masih membekas di benak masyarakat Jawa Timur adalah erupsi Gunung Semeru pada akhir 2021 yang menelan banyak korban jiwa dan merusak infrastruktur secara signifikan.
Saat itu, Gunung Semeru memuntahkan awan panas dan lahar dingin, menghancurkan ratusan rumah, menewaskan puluhan warga, serta membunuh banyak hewan ternak. Dampak yang paling terlihat adalah banjir lahar dingin yang menghancurkan Jembatan Kloposawit di Kecamatan Candipuro, membuat aktivitas warga sehari-hari terganggu.
Menurut Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Erupsi Semeru, tercatat sebanyak 54 orang meninggal dunia, sementara 6 lainnya dinyatakan hilang. Selain itu, sebanyak 1.027 rumah rusak berat di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, dan Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, yang mengakibatkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Dalam upaya memperbaiki kerusakan akibat bencana, Pemerintah Provinsi Jawa Timur bergerak cepat. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah membangun kembali Jembatan Kloposawit yang vital bagi mobilitas warga Candipuro. Proyek ini diinisiasi oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Jawa Timur, memastikan akses transportasi kembali normal di daerah yang terdampak.
Namun, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Lumajang mengingatkan bahwa ancaman banjir lahar dingin masih ada. Oleh karena itu, normalisasi sungai menjadi solusi jangka panjang yang diharapkan dapat mencegah kerusakan jembatan berulang. Dengan pengerukan material sungai, aliran lahar dingin dapat dikendalikan, sehingga meminimalkan dampak bencana di masa mendatang.
Selain infrastruktur, perhatian utama pemerintah juga tertuju pada pemulihan tempat tinggal warga yang rusak. Berdasarkan data BNPB, 2.970 unit rumah mengalami kerusakan akibat erupsi. Untuk menanggapi kebutuhan ini, Pemprov Jatim bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah membangun hunian tetap (huntap) bagi para korban. Sebanyak 1.951 unit huntap dibangun di atas lahan seluas 81 hektare di Desa Sumber Mujur. Tidak hanya rumah, berbagai fasilitas umum seperti pasar, tempat ibadah, sarana kesehatan, dan olahraga juga disediakan.
Bagi warga seperti Abdul Jamil, hunian tetap ini memberikan harapan baru. "Saya sangat senang memiliki rumah yang aman dari aliran lahar. Kini hidup saya lebih tenang," ujarnya dengan penuh syukur. Abdul mengingat masa-masa sulit saat erupsi terjadi, di mana dirinya tertutup debu vulkanik dari kepala hingga kaki.
Namun, tempat tinggal saja tidak cukup. Para penyintas juga memerlukan penghidupan baru. Untuk itu, Pemprov Jatim bersama BPBD memberikan berbagai pelatihan UMKM kepada warga, terutama para ibu rumah tangga. Mereka dilatih membuat produk makanan, minuman, serta kerajinan tangan, yang hasilnya bisa dijual di pasar lokal.
"Kami senang melihat hasil dari pelatihan ini. Dalam waktu singkat, warga mulai bisa memproduksi makanan dan minuman yang dijual di sekitar hunian mereka," ungkap Kepala Desa Sumber Mujur, Yayuk Sri Rahayu.
Dengan berbagai langkah tersebut, Pemprov Jatim menunjukkan komitmennya dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat pasca-bencana, serta berupaya memulihkan kehidupan masyarakat yang terdampak agar dapat bangkit kembali.
Editor : Arif Ardliyanto