SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Direktur Accurate Research and Consulting (ARCI), Baihaki Sirajt menepis mitos petahana sulit lanjut dua periode di Ponorogo. Menurutnya, kekalahan petahana di Ponorogo selama ini karena antara Bupati dan Wakilnya pecah kongsi.
Ia memberi contoh, Ipong Muchlissoni yang pada Pilkada Ponorogo berpasangan dengan Soedjarno. Namun saat maju kembali sebagai petahana pada Pilkada berikutnya, ia pecah kongsi dengan Wakilnya. Ipong berpasangan dengan Bambang Tri Wahono pada Pilkada 2020.
"Ini yang membedakan antara Ipong dan Sugiri. Sugiri maju sebagai petahana dengan wakil yang sama. Itu artinya mereka adalah petahana yang utuh, tidak terbelah atau pecah kongsi," kata Baihaki, di Surabaya, Rabu (16/10/2024).
Ia menjelaskan posisi pasangan calon petahana nomor urut 2 Sugiri Sancoko - Lisdyarita lebih di atas angin dibandingkan penantangnya Ipong Muchlissoni - Segoro Luhur.
Menurut Baihaki, pasangan Sugiri - Lisdyarita yang mulai terbentuk pada Pilkada Ponorogo 2020, tetap berlanjut pada Pilkada Ponorogo 2024. Keutuhan pasangan ini tentu menjadi kekuatan besar bagi petahana.
"Utuhnya pasangan petahana Sugiri-Lisdyarita membuat mereka tetap kokoh, sebagaimana pasangan Khofifah-Emil. Karena itu, kans kemenangan pasangan petahana yang utuh lebih tebal dari penantang," terang Baihaki.
Baihaki menambahkan, selain nilai lebih sebagai petahana utuh. Pola kampanye Sugiri Sancoko yang langsung menyentuh masyarakat juga menjadi nilai lebih.
Ia melanjutkan, kampanye penyapaan langsung ke masyarakat tentu membuat kedekatan Sugiri dengan calon pemilih semakin melekat. Sugiri seperti tak berjarak dengan masyarakat. Ia bisa membangun emosional dengan calon pemilih.
"Salah satu kriteria utama pemimpin yang dipilih masyarakat adalah merakyat. Kriteria itu ada pada Sugiri Sancoko. Ia sangat egaliter dan tak berjarak dengan masyarakat, sangat natural dan jauh dari kesan pencitraan," pungkas Baihaki.
Editor : Ali Masduki