get app
inews
Aa Text
Read Next : Misteri Belum Terpecahkan, Kasus Penganiayaan Ameng di Surabaya Masih Menggantung Ditangan Polisi

Dugaan Ketidakadilan di Surabaya, Pemilik Restoran Jadi Korban Kriminalisasi, Begini Pengakuannya

Minggu, 17 November 2024 | 22:06 WIB
header img
Firman Rachmanudin, kuasa hukum Ameng. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Dugaan ketidakadilan dalam penanganan kasus hukum kembali mencuat di Surabaya, kali ini melibatkan seorang pengusaha restoran bernama Tjiu Hong Meng, yang akrab disapa Ameng. Alih-alih mendapatkan perlindungan sebagai korban, Ameng justru mendapati dirinya berada di balik jeruji besi. 

Ia ditahan setelah dilaporkan oleh keponakannya yang berinisial L, meski dirinya mengklaim menjadi korban penganiayaan dan perusakan usaha. Ameng menyampaikan rasa kecewanya dengan suara penuh keputusasaan. 

"Saya adalah korban, tapi malah ditahan. Saya pasrah dan mengikuti semua prosedur hukum," ungkapnya, menunjukkan betapa terlukanya ia dengan proses hukum yang dijalaninya.

Ironisnya, hanya dengan satu laporan dari keponakannya, status Ameng langsung dinaikkan menjadi tersangka dan ia pun ditahan. Sementara itu, tiga laporan berbeda yang diajukan oleh Ameng terkait kasus penganiayaan yang menyebabkan tulang rusuknya patah, perusakan tempat usaha, dan percobaan pembunuhan, hingga kini belum mendapatkan respons dari pihak kepolisian.

Firman Rachmanudin, kuasa hukum Ameng, menyatakan kecurigaannya terhadap praktik mafia hukum yang diduga turut bermain dalam kasus ini. Menurut Firman, penetapan Ameng sebagai tersangka tidak didukung dengan bukti yang memadai. 

"Secara hukum, untuk menetapkan seseorang sebagai tersangka dibutuhkan dua alat bukti yang cukup. Namun, dari hasil rekonstruksi, hanya ada satu saksi yang hadir dari pihak pelapor, dan bukti visum yang diajukan penyidik sangat minim hanya berupa luka gesekan ringan," jelas Firman.

Firman juga menyoroti adanya potensi intervensi dari pihak tertentu, yang dikenal dengan istilah "Markus" (makelar kasus). "Kami khawatir ini adalah contoh nyata bagaimana kekuatan dan pengaruh digunakan untuk memutarbalikkan fakta, seolah-olah yang benar menjadi salah," tegasnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut