get app
inews
Aa Text
Read Next : Kisah Inspiratif Salwati, Lansia 81 Tahun di Banyuwangi yang Keluar dari Jeratan Hutang

Kisah Inspiratif Cabup Jombang Mundjidah, Putri Pendiri NU yang Terlahir Sebagai Pemimpin

Sabtu, 23 November 2024 | 22:18 WIB
header img
Kisah Inspiratif Cabup Jombang Mundjidah, Putri Pendiri NU yang Terlahir Sebagai Pemimpin. Foto iNewsSurabaya/zainul

Mundjidah menuturkan, berkat keleluasaan yang diberikan suaminya, Ia bisa tetap menjalankan aktivitasnya berorganisasi, serta melanjutkan studi hingga menyelesaikan studi sarjana muda.

Selain itu, suaminya juga mengizinkannya untuk berkiprah dalam dunia politik, dari mulai menjadi anggota DPRD Jombang sejak tahun 1971, pengurus Partai NU, hingga pengurus PPP.

Tak ada angin, tak ada hujan, kabar duka tiba-tiba datang. Imam Asy’ari yang sebelumnya, sehat dan tidak merasakan keluhan kesehatan, wafat pada 31 Agustus 1996 pagi.

Hal itu menjadi pukulan telak bagi Mundjidah. Tanpa ada kata-kata yang keluar, saat mengetahui jika suaminya telah tiada. Hanya cucuran air mata yang deras mengalir.

Namun, ditinggal sang suami tidak menjadikan Mundjidah terlarut dalam kesedihan. Jiwanya kembali tegar. Tekadnya kembali menguat demi masa depan anak-anaknya.

Sepeninggal sang suami, Mundjidah memegang peran ganda, sebagai ibu sekaligus kepala rumah tangga. Dia pun tak terfikir untuk menikah lagi, meski saat itu, usianya masih terbilang cukup.

“Tidak ada pikiran seperti itu (menikah lagi). Waktu itu sudah sibuk ngurusi organisasi, menjadi dewan (DPRD Provinsi Jatim) dan ngurusi anak-anak. Jadi ya gak ada pikiran semacam itu. Alhamdulillah, tetap setia kepada ayahnya anak-anak,” ungkap Mundjidah.

Demi Suara Perempuan

Sebagai putri dari pendiri dan penggerak NU KH. Abdul Wahab Chasbullah, sikap dan karakter kepemimpinan Mundjidah terus terasah sejak muda. Dari proses interaksi dan pergulatannya dengan masyarakat dari berbagai lapisan, membuatnya berani mengambil keputusan yang menjauhkan dirinya dari kemapanan dan jaminan kesejahteraan.

Dia mengisahkan, pada tahun 1971, dimana saat itu akan berlangsung Pemilu, dia dipanggil oleh pejabat pemerintah dan diminta memilih tetap sebagai guru PNS atau memilih sebagai calon anggota parlemen.

Status guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) diperoleh Mundjidah, sebab saat itu dirinya juga aktif mengajar di beberapa lembaga pendidikan formal di lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

Saat diminta memilih, Mundjidah tanpa keraguan memilih untuk melepaskan statusnya sebagai PNS. Dia pun memantapkan diri terjun ke dunia politik dengan menjadi calon anggota parlemen dari PPP.

“Gak jadi PNS gak apa-apa, toh meskipun gak jadi PNS tetap bisa mengajar. Itu yang terpikir oleh saya waktu itu. Tapi kalau menjadi anggota DPRD Jombang, kita yakini manfaatnya akan lebih banyak," ujarnya. 

“Kalau saya pilih tetap menjadi PNS dan tidak meneruskan maju menjadi dewan, lalu siapa nanti yang akan menyampaikan suara perempuan. Padahal waktu itu sangat sulit menemukan siapa yang mau mewakili perempuan, menyampaikan aspirasi perempuan,” lanjut Mundjidah.

Rupanya, pengorbanan Mundjidah melepaskan status dan haknya sebagai PNS, akhirnya berbuah manis. Dia terpilih menjadi anggota DPRD Jombang termuda hasil Pemilu 1971, dimana kala itu usianya baru 21 tahun.

Demi mewakili suara perempuan, Mundjidah terus melanjutkan kiprahnya di dunia politik. Selain sebagai pengurus teras di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dia juga kembali terpilih menjadi anggota DPRD Jombang hingga tahun 1992.

Karir politik Mundjidah terus moncer, dimana pada 1997 dia terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu, ibu 6 anak rutin terpilih menjadi anggota legislatif DPRD Provinsi Jawa Timur periode 2009 - 2014.

Pada periode 2009 - 2014, Mundjidah tidak sampai merampungkan masa tugasnya, sebab pada 2013, Ia terpilih sebagai Wakil Bupati Jombang periode 2013 - 2018.

Kemudian pada Pilkada 2018, Mundjidah yang berpasangan dengan Sumrambah, tampil sebagai pemenang Pilkada. Dia pun akhirnya ditetapkan sebagai Bupati Jombang periode 2018 - 2023.

Pada Pilkada Jombang 2024, Mundjidah kembali maju dan berpasangan dengan Sumrambah. Mengapa berpasangan Sumrambah? Mundjidah pun menjelaskan alasannya.

“Jombang ini memiliki karakter Ijo Abang. Jombang harus dipimpin oleh sosok yang betul-betul karakter ijo abang itu. Jombang itu tidak bisa hanya yang kalangan ijo saja, juga tidak bisa dengan karakter abang saja. Ijo Abang itu filosofis dan menunjukkan bagaimana karakter Jombang, pemimpinnya harus memahami filosofi dan karakter itu,” beber calon Bupati Jombang nomor urut 1 yang berpasangan dengan Sumrambah ini.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut