PASURUAN, iNewsSurabaya.id – PT. Satoria Aneka Industri (Satoria Pharma) merayakan pencapaian luar biasanya di Kawasan Industri Satoria Group, Pasuruan. Perusahaan farmasi ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin pasar infus di Indonesia, sekaligus menegaskan komitmennya terhadap kemandirian farmasi nasional dan ekspansi global.
Selama tiga tahun terakhir, Satoria Pharma mencatatkan pertumbuhan lebih dari 50% per tahun. Menyentuh 2.400 dari 3.200 rumah sakit di Indonesia, dengan lebih dari 7.000 kunjungan penjualan per bulan, perusahaan ini kini menguasai 45% pangsa pasar infus nasional. Kapasitas produksi tahunan mencapai 160 juta produk, menjadikan Satoria Pharma sebagai produsen infus terbesar di Indonesia.
Kendati demikian, tantangan tetap ada. Ketersediaan bahan baku garam farmasi komponen krusial dalam produksi infus dan produk hemodialisis masih menjadi kendala. Meskipun pemerintah mendorong penggunaan bahan baku lokal,
Presiden Direktur PT. Satoria Aneka Industri, Alim Satria, menjelaskan bahwa kolaborasi merupakan kunci untuk menjamin keberlanjutan pasokan produk-produk vital ini.
"Kolaborasi adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan produk vital bagi masyarakat," ujarnya.
Melihat kekurangan infus di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Taiwan akibat gangguan produksi yang berdampak serius pada pelayanan kesehatan, termasuk penundaan operasi dan penumpukan pasien di ruang gawat darurat, Satoria Pharma berkomitmen memperkuat ketahanan sektor farmasi di Indonesia.
Managing Director Adi Pranoto Alim menjelaskan, untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, Satoria Pharma tengah membangun dua lini produksi tambahan. Hal ini akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 320 juta produk per tahun pada 2026 dan 2028, menjadikan Satoria Pharma sebagai produsen infus terbesar di ASEAN.
"Kapasitas ini tidak hanya akan memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mendukung ekspansi ekspor ke Filipina, Myanmar, Malaysia, Yaman, dan Irak," terangnya.
Indonesia memiliki potensi pasar infus yang sangat besar. Rasio penggunaan infus saat ini masih rendah (1:1), jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina (1:3), bahkan Cina (1:8). Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan, terutama seiring dengan program pemerintah untuk meningkatkan layanan rawat inap di 10.000 puskesmas.
Satoria Pharma baru saja menorehkan sejarah dengan ekspor perdana produk infus ke Taiwan dan Kamboja (20 kontainer 40 feet), menunjukkan kualitas produk yang telah memenuhi standar ketat FDA Taiwan.
Melalui anak perusahaannya, PT Satoria Medika Industri, Satoria Pharma juga mengembangkan produk medis sekali pakai seperti IV set, IV catheter, jarum suntik, dan vacuum blood tube, memperluas kontribusi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan sektor kesehatan di dalam dan luar negeri.
Dengan dedikasi dan strategi yang tepat, Satoria Pharma berkomitmen untuk terus meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat Indonesia dan berkontribusi pada kemajuan sektor kesehatan nasional, sekaligus mengharumkan nama Indonesia di kancah global.
Editor : Ali Masduki