Debit air yang mengalir dari daerah lain ke sungai-sungai di Surabaya turut menyumbang peningkatan genangan. "Meskipun curah hujan di Surabaya tidak terlalu tinggi, banjir tetap terjadi karena adanya tambahan debit air dari daerah hulu," jelasnya.
Sebelumnya, BMKG Juanda telah melakukan operasi modifikasi cuaca (TMC) di beberapa wilayah Jawa Timur pada 18-22 Desember 2024. Langkah ini bertujuan meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Namun, operasional TMC telah dihentikan setelah mendapat tanggapan pro dan kontra dari masyarakat.
Ady juga mengimbau masyarakat untuk rutin membersihkan saluran drainase dan memperluas area resapan air di lingkungan masing-masing.
"Jika air tidak bisa mengalir ke laut, setidaknya bisa meresap ke tanah. Pembersihan drainase sangat penting untuk mencegah genangan yang lebih parah," katanya.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar menghindari berteduh di bawah pohon atau baliho saat hujan deras, melainkan mencari tempat berlindung yang lebih aman.
Dengan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan dampak banjir akibat cuaca ekstrem ini dapat diminimalkan, sehingga Kota Surabaya bisa segera pulih dari bencana yang melanda.
Editor : Arif Ardliyanto