Oleh Ulul Albab
Akademisi Universitas Dr. Soetomo
Ketua ICMI Jawa Timur
JAWA TIMUR, provinsi yang sering dianggap sebagai pintu gerbang Indonesia bagian timur, memiliki keistimewaan yang sulit untuk diabaikan. Jika kita berbicara tentang posisi strategis, baik dari segi geografi, ekonomi, sosial, maupun budaya, Jawa Timur memang layak menjadi pusat perhatian.
Tak sekadar sebuah provinsi di ujung Pulau Jawa, tetapi Jawa Timur adalah penghubung antara pulau-pulau besar di Indonesia dengan dunia luar. Namun, di balik semua potensi tersebut, ada tantangan yang harus disikapi dengan bijak agar provinsi ini bisa melangkah maju.
Gerbang Perekonomian Laut dan Darat
Jawa Timur berada di posisi yang sangat strategis, dengan berbatasan langsung dengan Bali, Nusa Tenggara, dan Australia di sebelah timur. Dengan lebih dari 4.5 juta penduduk, provinsi ini bukan hanya sekadar gerbang bagi Indonesia, tetapi juga gerbang perdagangan internasional.
Potensi alam di Jawa Timur sangat beragam: mulai dari hasil pertanian yang melimpah, seperti padi, jagung, kedelai, hingga produk-produk perkebunan seperti tembakau, kopi, dan rempah-rempah. Di sektor perikanan, Jawa Timur juga memiliki potensi besar dengan panjang garis pantai yang mencapai lebih dari 4.000 km.
Provinsi ini memiliki banyak pelabuhan penting, terutama Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, yang menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia, yang menghubungkan pulau-pulau besar dan kecil serta negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Namun, pertanyaan besar muncul: Apakah potensi alam ini sudah dikelola dengan optimal? Seperti yang dicatat oleh Dian Paramita (2015) dalam tulisannya mengenai "Potensi Alam dan Pengelolaannya dalam Pembangunan Berkelanjutan", tantangan terbesar dalam mengelola potensi alam terletak pada keselarasan antara eksploitasi sumber daya alam dan keberlanjutan ekosistem. Banyak sekali potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal atau dikelola dengan bijak, terutama di sektor perikanan dan pertanian.
Perdagangan dan Industri
Jawa Timur adalah pusat industri dan perdagangan utama di Indonesia. Kota Surabaya, yang merupakan ibu kota provinsi ini, adalah kota perdagangan terbesar kedua setelah Jakarta. Dengan sektor perdagangan yang berkembang pesat, Surabaya juga dikenal sebagai pusat industri manufaktur, seperti tekstil, makanan dan minuman, serta elektronik.
Industri kreatif juga semakin berkembang di Jawa Timur, dengan Surabaya sebagai pusatnya, sementara kota-kota seperti Malang dan Jember menjadi pusat industri pariwisata. Namun, meski Jawa Timur memiliki kekuatan ekonomi yang besar, ketimpangan ekonomi antar wilayah masih menjadi masalah yang harus diselesaikan.
Di banyak daerah pedesaan, kemiskinan dan ketidakmerataan pembangunan masih menjadi masalah utama. Menurut laporan Bank Dunia (2020), meskipun Jawa Timur menunjukkan perkembangan ekonomi yang signifikan, distribusi pendapatan dan akses terhadap pendidikan dan kesehatan masih sangat terbatas di daerah-daerah tertentu. Ini adalah tantangan besar yang harus diatasi.
Dinamika Sosial dan Keberagaman Budaya
Jawa Timur adalah salah satu provinsi dengan keberagaman budaya yang luar biasa. Dari masyarakat Madura yang terkenal dengan budaya Islami yang kuat hingga masyarakat Arek Suroboyo yang dinamis, provinsi ini menjadi miniatur dari keberagaman Indonesia.
Namun, dalam keragaman itu terdapat tantangan besar dalam menjaga harmonisasi sosial dan persatuan. Toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan adalah kunci agar provinsi ini tetap maju tanpa harus terjerumus dalam konflik sosial.
Secara politik, Jawa Timur memiliki pengaruh yang signifikan di tingkat nasional. Provinsi ini adalah salah satu pembuat keputusan dalam pemilu-pemilu besar, dengan banyaknya tokoh nasional yang berasal dari sini, seperti Gus Dur, mantan Presiden RI, yang juga memiliki hubungan erat dengan masyarakat Jawa Timur.
Namun, politik identitas yang mulai marak belakangan ini menjadi tantangan tersendiri. Ketika identitas kedaerahan atau keagamaan dimanfaatkan untuk kepentingan politik, itu dapat menimbulkan polarisasi yang merugikan bagi kebhinekaan Indonesia. Kebijakan politik yang inklusif dan dialog antar agama dan etnis adalah jalan yang perlu ditempuh untuk menjaga kedamaian dan persatuan.
Editor : Ali Masduki