SURABAYA, iNews.id – Menjelang ramadan, pengelola Pasar Tambahrejo dikabarkan menutup stan milik pedagang. Tak tanggung-tanggung, ada sepuluh stan yang telah ditutup secara paksa oleh pengelola pasar.
Penutupan ini dilatarbelakangi pemilik stan tidak mau membayar Iuran Layanan Pasar (ILP) selama 3 bulan berturut-turut. Feri Ardian pemilik stand Blok D 99 yang disegel mengakui, kalau dirinya memiliki tunggakan ILP. "Kita disuruh membayar ke pengelola pasar sebesar Rp2 juta rupiah untuk membuka segel," terangnya.
Feri menjelaskan tunggakan membayar ILP bukan tanpa sebab. ILP sebesar Rp 127 ribu/bulan untuk ukuran stand 2×3 meter persegi, tidak mampu dia bayar karena kondisi pasar yang sepi. "Kita berharap ada keringanan dari pihak pengelola pasar, dengan cara mengangsur tunggakan tersebut," ujarnya.
Menurut Feri yang lebih memprihatinkan lagi, kalau tunggakan tersebut tidak segera dibayar lunas, maka pihak pengelola pasar akan menyita stan miliknya. "Bagaimana bisa stand ini kita beli dengan harga per meter," tegasnya.
Ia berharap, pihak pengelola pasar bisa bersinergi dengan pedagang untuk mencari cara supaya Pasar Tambahrejo ini ramai pembeli. "Tidak kemudian pengelola ini hanya berfikir bagaimana mendapatkan retribusi dari pedagang saja, sudah selesai," tegasnya lagi.
Sementara itu Mas'ud Sekretaris Paguyuban Pedagang Pasar Tambahrejo menambahkan, kemungkinan besar jumlah stan yang disegel oleh pengelola pasar akan bertambah dengan alasan yang sama. Menurutnya, sebenarnya ada kebijakan dari PD Pasar Surya terhadap pedagang yang menunggak ILP, bisa membayar dengan cara mengangsur.
"Tapi ini tidak dilakukan oleh unit pengelola Pasar Tambahrejo. Kita sering berkomunikasi tapi tidak direalisasi," ungkapnya.
Mas'ud mengatakan, dimasa pandemi pihak pengelola pasar hanya sekali memberikan relaksasi kepada pedagang, untuk membayar ILP. "Saat itu awal-awal pandemi. Dan itupun hanya diskon 50 persen," jelasnya.
Ia menambahkan kondisi pedagang di pasar tradisional Tambahrejo memang sulit, karena berhimpitan dengan pasar modern Kapas Krampung Plaza di lantai 2. "Disana penjualan konveksi ada Matahari mall, kemudian kalau soal makanan ada food court," ujarnya.
Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya Mahfudz menyayangkan tindakan pengelola Pasar Tambahrejo dan PD Pasar Surya. "Inilah potret manajemen PD Pasar Surya. Mereka kerap mengabaikan bagaimana cara menghidupkan pasar. Namun justru sebaliknya," jelasnya.
Mahfudz menyontohkan, keberadaan PKL diluar pasar yang dibiarkan saja tanpa retribusi resmi. "Justru pedagang resmi yang didalam pasar yang membayar retribusi, hanya karena terlambat membayar standnya disegel," tegasnya.
Politisi PKB ini berharap kebijakan Wali Kota terkait dengan persoalan tersebut, kalau dibandingkan dengan intervensi kebijakan terhadap pedagang Pasar Turi Baru. "Pak Eri bisa mengintervensi dengan menghidupkan lagi Pasar Turi Baru, dengan berbagai kebijakan yang berpihak kepada para pedagang. Coba Pak Eri turun langsung melihat kondisi Pasar Tambahrejo," ungkapnya.
Editor : Arif Ardliyanto