get app
inews
Aa Text
Read Next : Tepis Isu di Masyarakat, Pertamina Patra Niaga Tetap Salurkan Pertalite Sesuai Kebutuhan

Fenomena #KaburAjaDulu Trending, Pakar UM Sebut Ada Kekecewaan Generasi Muda terhadap Pemerintah

Kamis, 20 Februari 2025 | 12:15 WIB
header img
Pakar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Radius Setiyawan. Foto iNEWSSURABAYA/yudha

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Tagar #KaburAjaDulu terus memanas di media sosial (Medsos), mencuri perhatian publik dengan berbagai tanggapan yang berkembang pesat. Pakar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Radius Setiyawan, menilai bahwa fenomena ini muncul sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan, maupun keadilan.

Menurut Radius, tagar ini bukan sekadar ungkapan protes biasa, tetapi refleksi dari kemarahan, kekecewaan, dan keputusasaan generasi muda terhadap situasi sosial-politik yang ada saat ini. “#KaburAjaDulu adalah ekspresi spontan anak muda yang merasa kecewa terhadap kondisi negara. Ini merupakan bentuk protes mereka yang disampaikan melalui media sosial,” jelas Radius pada Rabu (19/02/25).

Ketegangan ini semakin terasa setelah pemerintah merilis hasil survei yang menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap 100 hari kerja pemerintahan mencapai angka 80%. Meski ada angka positif tersebut, media sosial malah dipenuhi dengan tagar #KaburAjaDulu, yang menurut Radius, menciptakan anomali.

"Pemerintah memamerkan rating tinggi, tetapi di sisi lain ada fenomena sosial yang bertolak belakang. Ini adalah indikasi bahwa banyak yang tidak puas dan pemerintah harus segera menyikapinya," imbuh Radius.

Meskipun ramai di media sosial, Radius menegaskan bahwa tagar #KaburAjaDulu bukanlah indikasi kurangnya nasionalisme generasi muda. Sebaliknya, kata Radius, itu adalah bentuk cinta terhadap tanah air. GenZ, generasi yang lebih terbuka dengan informasi global melalui media sosial, sangat sadar akan disparitas kehidupan antara Indonesia dan negara lain, khususnya dalam hal pendidikan, lapangan kerja, hingga kebebasan berekspresi.

“#KaburAjaDulu bukan berarti mereka ingin meninggalkan Indonesia selamanya. Ini lebih kepada keresahan akibat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kebutuhan mereka,” jelas Radius.

Radius juga mengkritik pernyataan Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) Immanuel Ebenezer, yang justru menyarankan anak muda yang kecewa untuk “kabur saja” dan tidak kembali. "Pernyataan ini sangat kontra-produktif dan memperburuk situasi. Pemerintah seharusnya lebih bijaksana dalam merespons kekecewaan anak muda," ujar Radius.

Radius menekankan bahwa tantangan terbesar bagi pemerintah saat ini adalah komunikasi publik. Alih-alih menanggapi ekspresi generasi muda dengan sinisme, pemerintah seharusnya melihat ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjelaskan kebijakan mereka dengan cara yang lebih transparan dan logis.

“#KaburAjaDulu mencerminkan kegagalan pemerintah dalam menjelaskan kebijakan efisiensi yang mereka terapkan. Publik membutuhkan penjelasan yang lebih rasional mengenai tujuan efisiensi tersebut,” kata Radius.

Menurut Radius, untuk membuat masyarakat menerima kebijakan efisiensi, pemerintah harus menunjukkan bukti nyata tentang bagaimana efisiensi tersebut dapat membawa manfaat jangka panjang bagi rakyat. "Jika kebijakan efisiensi ini melibatkan pengurangan perjalanan dinas, misalnya, pemerintah harus menunjukkan pola baru yang lebih efisien dan efektif," tegas Radius.

Berbeda dengan Wamenaker Immanuel Ebenezer, Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Dzulfikar Ahmad Tawalla, memberikan pandangan yang lebih konstruktif terhadap tagar #KaburAjaDulu. Menurutnya, tagar tersebut merupakan ekspresi nyata dari keprihatinan anak muda terhadap kondisi sosial, dan bukannya sekadar bentuk protes negatif.

Dzulfikar menjelaskan bahwa pemerintah seharusnya memanfaatkan momen ini untuk mengedukasi anak muda mengenai kesempatan bekerja di luar negeri melalui jalur yang aman dan terjamin. “Ini bukan soal kabur semata, tetapi soal mempersiapkan diri untuk sukses di luar negeri dengan bekal yang cukup,” ungkap Dzulfikar.

Dengan munculnya fenomena #KaburAjaDulu, Radius Setiyawan menegaskan bahwa pemerintah harus lebih mendengar dan memahami aspirasi anak muda. Ini adalah momen penting untuk memperbaiki komunikasi dan menyusun kebijakan yang lebih inklusif serta relevan dengan kebutuhan generasi muda di Indonesia.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut