Dorong Swasembada Pangan, Beras Sintanur Lembah Raung Bondowoso Diajukan Produk Indikasi Geografis

Ketua MPIG Beras Sintanur Lembah Raung Bondowoso, Mustafa, menjelaskan bahwa beras ini memiliki keistimewaan yang sulit ditemukan pada varietas lain.
"Keunggulan utama Beras Sintanur Lembah Raung adalah aroma pandan yang khas serta tekstur nasi yang pulen. Selain itu, kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan beras biasa," terang Mustafa.
Keunikan beras ini juga dipengaruhi oleh sistem budidaya terpadu dan kontrol irigasi yang ketat. Beras Sintanur ditanam di daerah dengan ketinggian 116–475 mdpl dan suhu rata-rata 25–27°C, sehingga menghasilkan kualitas terbaik.
"Dalam proses pasca panen, kami menerapkan standar higienis tanpa bahan kimia. Bahkan, setiap kemasan beras dilengkapi kode keterunutan yang mencantumkan lokasi panen dan penggilingan," tambahnya.
Sementara itu, Tim Ahli Indikasi Geografis DJKI, Riyadil Jinan, menekankan pentingnya pendaftaran Indikasi Geografis sebagai bentuk perlindungan hukum bagi produk unggulan daerah.
"Dengan sertifikasi Indikasi Geografis, produk ini akan mendapatkan perlindungan hukum yang mencegah pemalsuan dan meningkatkan daya saing di pasar domestik maupun internasional," jelas Jinan.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat sosialisasi tentang keunikan Beras Sintanur Lembah Raung agar semakin dikenal luas.
"Setelah tahap pemeriksaan substantif ini, akan dilakukan sidang pleno untuk menentukan apakah beras Sintanur layak mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis," tutupnya.
Jika sertifikasi ini berhasil, maka Beras Sintanur Lembah Raung tidak hanya semakin dikenal sebagai produk unggulan Bondowoso, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat posisi Indonesia dalam pasar beras berkualitas tinggi.
Editor : Arif Ardliyanto