get app
inews
Aa Text
Read Next : Harliantara: Dampak Negatif Media Sosial pada Kesehatan Mental Anak-Anak dan Remaja Perlu Diwaspadai

D’Masiv Punya Halte di Jakarta, DPRD Surabaya: Inspirasi Dongkrak Pendapatan Transportasi Publik

Kamis, 06 Maret 2025 | 05:07 WIB
header img
Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Eri Irawan. Foto iNEWSSURABAYA/ist

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Keputusan TransJakarta memberikan hak penamaan (naming rights) Halte Petukangan Utara kepada band D’Masiv menarik perhatian publik. Kini, halte yang berlokasi di Jakarta Selatan itu resmi bernama "Petukangan D’Masiv".

Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Eri Irawan, menilai langkah ini bisa menjadi inspirasi untuk meningkatkan pendapatan non-tiket (non-fare box) dalam pengembangan transportasi publik di Surabaya. Menurutnya, sumber pendapatan di sektor ini masih belum dimanfaatkan secara optimal.

"Kita butuh inovasi dalam pengembangan transportasi publik. Pendapatan non-tiket bisa menjadi solusi untuk menopang operasional dan mengurangi ketergantungan pada APBD maupun tiket. Ini penting agar transportasi publik tetap berkelanjutan di tengah tantangan fiskal yang dihadapi banyak daerah, termasuk Surabaya," ujar Eri.

Eri menyebutkan beberapa skema pendapatan non-tiket yang bisa diterapkan di Surabaya, antara lain:

1. Hak Penamaan Halte dan Terminal

Pemkot Surabaya bisa menawarkan hak penamaan halte, terminal, hingga jembatan penyeberangan orang (JPO) kepada sponsor, seperti yang dilakukan TransJakarta dan MRT Jakarta.

2. Iklan di Armada Transportasi

Iklan di Suroboyo Bus dan Wira-Wiri dapat dimaksimalkan dalam bentuk konvensional maupun digital untuk menarik pendapatan tambahan.

3. Kemitraan dengan Dunia Usaha

Skema merchant partnership dapat diterapkan, misalnya dengan memberikan diskon khusus bagi pengguna transportasi publik atau kampanye pemasaran bersama dengan brand tertentu.

Dengan pergerakan penumpang Suroboyo Bus mencapai 2 juta per tahun dan Wira-Wiri 1,42 juta per tahun, Eri meyakini dunia usaha akan tertarik untuk berkolaborasi. Selain itu, dengan 73 halte dan 838 bus stop di Kota Pahlawan, peluang monetisasi hak penamaan halte juga sangat besar.

"Misalnya, halte yang melayani puluhan ribu pengguna per tahun bisa dimonetisasi untuk mendukung operasional. Skema seperti ini sudah terbukti berhasil di banyak kota besar, termasuk Jakarta dan luar negeri," tambah Eri.

Eri juga mencontohkan beberapa halte TransJakarta yang sudah memiliki sponsor, seperti Bundaran HI Astra, Senayan Bank DKI, Widya Chandra Telkomsel, hingga Petukangan D’Masiv. Bahkan, beberapa stasiun MRT juga telah disponsori oleh merek ternama, seperti Cipete Raya Kopi Tuku dan Fatmawati Indomaret.

Sebagai langkah awal, Eri mengusulkan agar Surabaya mencoba menjalin kerja sama dengan Bernadya, penyanyi muda asal Surabaya.

"Mungkin kita bisa memberikan hak penamaan halte tertentu kepada Bernadya, sekaligus menjadikannya duta transportasi publik Surabaya. Ini bisa menjadi langkah strategis untuk menarik perhatian masyarakat, khususnya anak muda," ujarnya.

Lebih dari sekadar monetisasi, Eri menekankan bahwa pendapatan non-tiket juga bertujuan untuk memperkuat ekosistem transportasi publik.

"Bukan hanya soal uang, tetapi bagaimana mengolaborasikan semua pihak agar transportasi publik di Surabaya semakin diminati dan berkembang secara berkelanjutan," pungkasnya.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut