Hebat! Mahasiswa Untag Surabaya Ciptakan EcoPath, Bawa Nama Indonesia ke Tingkat Internasional

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Wiranti Kusuma Dewi dan Stefanus Diky Setyawan sukses meraih medali perunggu dalam International Ideapaper Competition (IIC) pada ajang International Ideapaper Festival (IIFEST) 2025.
Kompetisi bergengsi ini mengusung tema "Shaping a Better Tomorrow: Innovative Solutions to Global Challenges" dan diselenggarakan oleh Exalter Students, organisasi yang berfokus pada inovasi dan pengembangan mahasiswa serta peneliti muda. Acara ini menjadi wadah bagi para inovator dari berbagai negara untuk menawarkan solusi terhadap tantangan global.
Dalam ajang yang terdiri dari dua kategori utama, International Ideapaper Project (IIP) dan International Ideapaper Competition (IIC), Wiranti dan Diky membentuk tim Sparkling Team dan berkompetisi di kategori IIC. Mereka mengusung topik Environmental Sustainability dengan menciptakan EcoPath, teknologi biopaving berbasis bio-material yang menggabungkan bio-minyak hasil daur ulang limbah biomassa serta teknologi Microbial-Induced Calcite Precipitation (MICP). Inovasi ini bertujuan menciptakan material jalan yang lebih ramah lingkungan, sekaligus mengurangi limbah dan jejak karbon dalam sektor infrastruktur.
Menurut Wiranti Kusuma Dewi, mahasiswa Teknik Industri Untag Surabaya, latar belakang ide ini berangkat dari kepedulian mereka terhadap isu lingkungan.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan lingkungan adalah tantangan mendesak saat ini. Melalui EcoPath, kami ingin menghadirkan solusi pembangunan infrastruktur jalan yang lebih ramah lingkungan, baik di pedesaan maupun perkotaan,” ungkap Wiranti (12/3/25).
Sementara itu, Diky Setyawan, mahasiswa Sastra Inggris Untag Surabaya, mengungkapkan bahwa inspirasi EcoPath berasal dari keprihatinannya terhadap limbah biomassa yang sering terbuang sia-sia.
“Saya sering melihat limbah biomassa yang seharusnya bisa dimanfaatkan, tetapi malah dibuang begitu saja. Dari situ, kami berpikir bagaimana cara mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, terutama untuk infrastruktur yang lebih hijau,” jelas Diky.
Meski berhasil meraih prestasi internasional, perjalanan pengembangan EcoPath tidaklah mudah. Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah menemukan material yang kuat, tahan lama, namun tetap ramah lingkungan, serta mempertimbangkan biaya produksi dan penerimaan pasar terhadap teknologi baru ini.
“Solusi yang kami tawarkan adalah menggunakan bio-material sebagai bahan utama dalam pembangunan jalan. Dengan memanfaatkan bio-minyak hasil daur ulang dan teknologi MICP, kami berharap bisa menciptakan jalan yang lebih berkelanjutan dan efisien,” terang Diky.
Selama kompetisi, mereka mendapat berbagai masukan dari mentor dan juri, termasuk pentingnya menganalisis skala penerapan teknologi ini.
“Juri menyarankan kami untuk lebih fokus pada aspek implementasi dan studi kelayakan. Mereka menekankan agar kami mempertimbangkan bagaimana inovasi ini bisa diterapkan secara luas, termasuk dalam aspek biaya dan skalabilitasnya,” tambah Diky.
Keberhasilan Sparkling Team menjadi bukti bahwa inovasi anak bangsa mampu bersaing di tingkat internasional. Wiranti berharap prestasi ini dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan global.
“Jangan takut mencoba! Setiap langkah kecil yang kita ambil bisa berdampak besar di masa depan. Terus belajar, terus berinovasi, dan yakinlah bahwa ide kalian bisa membawa perubahan,” pesan Wiranti.
Diky pun menambahkan bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses pembelajaran.
“Jangan ragu untuk ikut kompetisi seperti ini. Setiap pengalaman akan membawa pelajaran baru. Yang penting adalah percaya pada ide kita dan terus mencari cara untuk mewujudkannya,” tutupnya.
Keberhasilan ini semakin memperkuat posisi mahasiswa Indonesia di kancah inovasi global. Semoga pencapaian ini menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus menciptakan solusi inovatif demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Editor : Arif Ardliyanto