Pelaku Usaha Desak Peremajaan Alat di Pelabuhan Tanjung Perak, Bongkar Muat Dinilai Tidak Efisien

Dengan peralatan yang lebih baru, kata Wibi, proses bongkar muat bisa meningkat secara signifikan. Saat ini, kecepatan bongkar muat hanya mencapai 20-25 kontainer per jam, namun dengan alat yang lebih modern, jumlahnya bisa meningkat menjadi 35 kontainer per jam.
Wibi juga menyoroti peran Pelindo sebagai pengelola pelabuhan yang kini telah bertransformasi menjadi subholding dengan sistem terintegrasi di seluruh Indonesia. Meski sistem tersebut sudah ada, namun ia menilai belum ada konektivitas dan penyempurnaan yang optimal.
"Kami berharap Pelindo melihat kondisi ini sebagai hal strategis dan segera melakukan perbaikan, baik dari segi peralatan maupun sistem digitalisasi administrasi. Jika sistem digital berjalan optimal, pengambilan barang akan lebih cepat dan efisien," imbuhnya.
Tak hanya soal peremajaan alat, Wibi juga menekankan pentingnya harmonisasi komunikasi antara terminal, asosiasi, dan pengguna jasa. Menurutnya, koordinasi yang baik dapat mempercepat penyelesaian kendala yang terjadi di lapangan.
Keluhan serupa juga disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DPC Surabaya, I Wayan Sumadita. Ia menyoroti semakin buruknya layanan bongkar muat kapal di pelabuhan utama Surabaya akibat terbatasnya kapasitas alat.
"Waktu tunggu bongkar muat bisa mencapai 14 jam, tergantung kondisi pelabuhan. Ini sangat berpengaruh pada efisiensi logistik dan distribusi barang," ungkapnya.
Sementara itu, Nanang Affandy, Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut, Operasi, dan Usaha Kepelabuhanan KSOP Kelas Utama Tanjung Perak, Surabaya, menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan kendala yang ada.
"Kami selalu terbuka terhadap masukan dari pelaku usaha demi meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di Pelabuhan Tanjung Perak," pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto