Ciptakan Masjid Aman dan Ramah Lingkungan, Muhammadiyah Jatim dan Dewan K3P Buat Pedoman Keselamatan

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat edukasi, sosial, dan lingkungan yang harus dikelola dengan aman dan sehat. Menyadari pentingnya hal ini, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur berkolaborasi dengan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Provinsi Jawa Timur untuk menyusun Pedoman Keselamatan, Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (K3L) bagi masjid dan musholla.
Langkah ini dimulai melalui Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Kajian Kebijakan Tata Kelola Keselamatan dan Kesehatan Beribadah di Masjid” yang berlangsung di Gedung PWM Jatim, Surabaya. Kegiatan ini menjadi titik awal transformasi pengelolaan masjid agar lebih aman, sehat, ramah lingkungan, dan inklusif bagi seluruh jamaah.
Wakil Ketua PWM Jatim, Muhammad Khoirul Abduh, menyoroti bahwa masih banyak masjid yang belum menerapkan standar keselamatan dan kesehatan secara menyeluruh. Ia menekankan pentingnya masjid yang inklusif dan nyaman bagi semua kalangan, termasuk anak-anak, lansia, musafir, dan penyandang disabilitas.
"Masjid seharusnya bukan sekadar tempat sujud, tetapi juga rumah bagi semua, tempat di mana setiap orang merasa aman dan dihargai. Inisiatif ini adalah langkah maju yang harus kita sambut dengan serius," ujar Khoirul.
Ketua LHKP PWM Jatim, Muhammad Mirdasy, menambahkan bahwa masjid memiliki peran strategis dalam pembinaan umat. Oleh karena itu, prinsip keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan harus menjadi bagian integral dalam dakwah Muhammadiyah.
"Menerapkan safety culture dan green habit di masjid bukan hanya soal kenyamanan, tetapi bagian dari aktualisasi nilai-nilai Islam," tegasnya.
Sejak Januari 2025, Dewan K3 Provinsi Jatim telah melakukan survei dan observasi terhadap kondisi masjid di berbagai daerah. Hasilnya menunjukkan masih banyak potensi risiko, seperti: Instalasi listrik yang tidak sesuai standar, Minimnya alat pemadam kebakaran, Ventilasi yang buruk, Sanitasi yang tidak layak, dan Aksesibilitas yang masih terbatas bagi lansia dan difabel.
Wakil Ketua DK3P Jatim, Edi Priyanto, menekankan bahwa masjid harus menjadi tempat yang benar-benar mencerminkan prinsip rahmatan lil ‘alamin, baik dari aspek spiritual maupun fisik.
"Keselamatan dan kesehatan jamaah harus menjadi prioritas. Jangan sampai masjid justru menjadi tempat yang berisiko bagi pengunjungnya," tegasnya.
Pedoman K3L yang sedang disusun tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga landasan syariah dengan prinsip maqashid syariah—menjaga jiwa, akal, agama, harta, dan keturunan.
Beberapa poin utama dalam pedoman ini antara lain: SOP Keselamatan di dalam dan sekitar masjid, Pengelolaan kebersihan dan sanitasi yang layak, Desain ramah disabilitas untuk akses yang lebih inklusif, Manajemen limbah masjid agar lebih ramah lingkungan, dan Pelatihan takmir dan relawan dalam menghadapi situasi darurat
Lebih jauh, Edi Priyanto menyoroti pentingnya masjid dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Ia mengkritisi praktik pengelolaan sampah yang masih tidak terpilah dengan baik, yang dapat menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang.
"Kita sering berpikir membangun masjid adalah amal jariyah. Tapi kalau yang kita tinggalkan adalah sampah tak terurai, itu bisa menjadi dosa jariyah yang berdampak buruk bagi generasi mendatang," jelasnya.
FGD ini dihadiri oleh perwakilan takmir masjid, akademisi, tokoh agama, praktisi K3, serta komunitas peduli lingkungan dan berlangsung dalam format hybrid, menggabungkan diskusi offline dan online.
Melalui inisiatif ini, Muhammadiyah Jatim dan Dewan K3 Provinsi Jatim berharap dapat mendorong lahirnya model pengelolaan masjid yang aman, sehat, hijau, dan inklusif secara nasional.
Masjid sebagai pusat peradaban umat harus menjadi contoh dalam merawat kehidupan—bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama dan dengan alam.
Editor : Arif Ardliyanto