get app
inews
Aa Read Next : Bersama Presiden dan Jajaran Menteri, Hendy Setiono Serahkan Zakat ke Baznas di Istana Negara

Kisah Soeharto, Anak Ulu-Ulu dan Broken Home yang Bisa Jadi Presiden

Jum'at, 25 Maret 2022 | 08:00 WIB
header img
Soeharto Kecil

Perjalanan kehidupan Presiden kedua, Soeharto tak seindah yang dibayangkan. Banyak lika-liku yang dialami semenjak kecil hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Soeharto kerap diisukan sebagai keturunan darah biru. Kehidupan yang dijalani penuh dengan kemewahan dan ketercukupan. Namun, cerita tersebut tak benar. Soeharto membantah kehidupan masa lalunya yang dikatakan sebagai anak konglomerat.

Faktanya, Soeharto merupakan anak orang yang pas-pasan. Bahkan ia menyaksikan perceraian ibunya dengan sang bapak. Pengakuan ini mematahkan isu yang berkembang, bahwa Soeharto sebagai keturunan ningrat.

Dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Otobiografi yang diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda, Presiden kedua RI ini bercerita panjang lebar.

Ingatannya tentang perjalanan hidup ini bermula ketika berumur tiga tahun. Waktu itu Soeharto sudah bersama Mbah Kromodiryo, dukun yang biasa menolong orang melahirkan. Nama panggilannya adalah Mbah Kromo, adik kakeknya Soeharto, mbah Kertoirono.

Ia yang menjadi penolong ibunda Soeharto bernama Sukirah sewaktu melahirkan pada 8 Juni 1921, di rumah yang sederhana, di Desa Kemusuk, dusun terpencil, daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat Kota Yogyakarta.

Ayah Soeharto yang bernama Kertosudiro, ia merupakan ulu-ulu atau sekarang dikenal dengan sebutan petugas desa pengatur air, yang bertani di atas tanah lungguh, tanah jabatan selama beliau memikul tugasnya. Ia juga yang memberi nama Soeharto, nama yang mampu melegenda di Indonesia.

Soeharto merupakan anak ketiga, dari istri yang pertama ulu-ulu ini mempunyai dua anak. Sebagai duda, beliau menikah lagi dengan Sukirah. Tetapi hubungan orang tuanya tersebut kurang serasi hingga akhirnya, setelah Soeharto dilahirkan, mereka (Ibu dan Bapak Soeharto) bercerai.

Perjalan itu terasa pahit, susah menghadapi semua dengan segala konskwensi yang ada dalam kehidupan. Upaya bertahan hidup terus dilakukan, hingga Soeharto beranjak gede.

Beberapa tahun kemudian, Sukirah menikah lagi dengan seseorang yang bernama Atmopawiro. Pernikahannya ini melahirkan tujuh orang anak. Sementara itu ayah Soeharto pun menikah lagi dan mendapatkan empat anak lagi.

Tak terkira sebelumnya, bahwa pada suatu waktu di hari tua Soeharto, dirinya mesti menjelaskan silsilahnya karena ada yang menulis yang bukan-bukan di bulan Oktober 1974 di sebuah majalah.


Presiden RI kedua Soeharto dan Ibu Tin

Saat itu, Soeharto menyuruh Dipo (G Dwipayana) membantah tulisan itu, dan memuatkan bantahannya di dalam majalah dan surat kabar harian yang terbit di Jakarta. Tetapi selang sehari Soeharto memerintahkan supaya wartawan-wartawan berkumpul di Bina Graha, tepatnya di kamar kerjanya.

Soeharto ingin secara pribadi menjelaskan silsilahnya. Di depan wartawan luar dan dalam negeri, Soeharto dibeberkan kalau dirinya bukan seseorang dari keturunan ningrat. Dirinya dihadapkan dalam pertemuan dengan wartawan-wartawan, saksi-saksi yang masih hidup mengetahui benar silsilah tersebut.

Presiden RI kedua ini merupakan keturunan Kertosudiro alias Kertorejo, ulu-ulu yang secara pribadi tidak memiliki sawah sejengkal pun. Soeharto berterus terang, di dalam menghadapi kehidupan sewaktu kecil, dirinya mengalami banyak penderitaan yang mungkin tidak dialami oleh orang-orang lain. Kisah ini diceritan supaya masyarakat mengetahui, anak orang tak mampu juga memiliki kesempatan untuk bangkit dan menjadi orang besar.

Dengan kisah perjalanan hidup Soeharto, masyarakat semakin jelas sebenarnya orang yang mau berusaha dan mampu dalam bidangnya bisa menjadi seorang pemimpin.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut