get app
inews
Aa Text
Read Next : Cerita Nayla, Siswa SDN Sumur Welut yang Terima Paket Makanan Bergizi dari Pemerintah!

Beras Fortifikasi, Solusi Strategis Tekan Angka Stunting Nasional

Sabtu, 24 Mei 2025 | 16:41 WIB
header img
Beras fortifikasi jadi solusi strategis tekan stunting dan anemia di Indonesia. JGU siap suplai beras bergizi demi generasi sehat dan unggul. Foto iNewsSurabaya/lukman

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Pemerintah terus menggalakkan upaya menekan angka stunting nasional yang masih menjadi tantangan serius. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2024, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 19,8 persen atau setara dengan 4,48 juta balita. 

Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 21,5 persen, namun tetap menjadi perhatian utama dalam pembangunan sumber daya manusia.

Selain stunting, anemia juga menjadi persoalan serius, terutama di kalangan remaja putri. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sekitar 48 persen remaja putri mengalami anemia. Kedua masalah ini diperparah oleh rendahnya akses masyarakat terhadap pangan bergizi dan seimbang.

Salah satu solusi yang kini mulai diperkuat adalah penggunaan beras fortifikasi—beras yang telah diperkaya dengan mikronutrien penting seperti vitamin A, B kompleks, zat besi, dan zinc. Langkah ini diyakini sebagai pendekatan strategis untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat secara luas.

Direktur Utama PT Jatim Grha Utama (JGU), Mirza Muttaqien, mengungkapkan bahwa pihaknya sebagai BUMD milik Pemprov Jawa Timur telah menyiapkan lini produksi beras fortifikasi sebagai bagian dari transformasi sistem pangan nasional.

“Kami telah mengantongi izin edar beras fortifikasi. Bila ada daerah yang membutuhkan, kami siap menyuplai berapapun jumlahnya,” ujar Mirza dalam Forum Group Discussion (FGD) bertema “Peran Beras Fortifikasi dalam Pencegahan Stunting” yang digelar oleh PWI Jawa Timur bersama Universitas Airlangga, Sabtu (24/5/2025).

Ia menekankan pentingnya standarisasi nasional dalam produksi beras fortifikasi agar bisa digunakan secara luas dan berkelanjutan. Mengingat konsumsi beras yang tinggi di Indonesia, fortifikasi beras dinilai sebagai langkah paling masuk akal untuk mengatasi masalah gizi kronis.

“Fortifikasi beras adalah solusi paling strategis untuk saat ini. Namun, keberhasilannya butuh regulasi yang jelas dan dukungan lintas sektor,” tegasnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Sri Sumarni, S.KM., M.Si, menegaskan bahwa stunting tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi, tapi juga infeksi, ekonomi lemah, dan kurangnya edukasi. Oleh karena itu, penanganannya harus terintegrasi dengan program pemberdayaan perempuan, penguatan produksi pangan, serta layanan kesehatan dan program keluarga berencana (KB).

“Implementasi beras fortifikasi sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama regulasi dari pemerintah agar industri bisa memproduksi dan mendistribusikannya secara legal dan aman,” jelas Prof. Sri.

Sebagai informasi, beras fortifikasi merupakan beras yang dicampur dengan 1 persen kernel khusus yang mengandung berbagai mikronutrien penting. Kandungan tersebut dirancang untuk: Mencegah anemia, Mendukung pertumbuhan anak, dan menjaga kesehatan ibu hamil dan remaja putri.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan World Food Programme (WFP) telah merekomendasikan fortifikasi pangan sebagai metode efisien, terjangkau, dan berdampak luas dalam menanggulangi kekurangan zat gizi mikro penyebab utama stunting dan gangguan kesehatan kronis lainnya.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut