Tuntaskan Dualisme, GMNI Surabaya dan Jember Inisiasi Kongres XXII
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) memasuki babak baru dalam upaya menyatukan kembali barisan. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Surabaya dan Jember mengambil inisiatif strategis dengan memimpin pembentukan Badan Pekerja Kongres Nasional XXII.
Langkah tersebut bertujuan mengakhiri dualisme kepemimpinan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GMNI yang telah berlangsung selama enam tahun, sejak Kongres XXI di Ambon tahun 2019.
Dualisme GMNI yang melibatkan kubu Imanuel Cahyadi-Soejahri Somar dan Arjuna Putra Aldino-M. Ageng Dendy Setiawan telah menimbulkan ketidakpastian dan melemahkan organisasi. Hal ini dinilai menghambat konsolidasi kader dan mengurangi peran GMNI dalam memperjuangkan ideologi Marhaenisme, ajaran Bung Karno.
Ketua DPC GMNI Surabaya, Virgiawan Budi, menegaskan komitmennya untuk mengembalikan GMNI pada khittah perjuangannya.
“Kami ingin Kongres XXII menjadi momentum konsolidasi intelektual dan ideologis, bukan ajang perebutan kekuasaan. Marhaenisme harus kembali menjadi ruh perjuangan kita sebagai 'Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang'," tegas Virgiawan. Ia menegaskan pentingnya komunikasi terbuka antar cabang untuk menyatukan visi dan misi organisasi.
Senada dengan Virgiawan, Ketua DPC GMNI Jember, Abdul Aziz Al Fazri, melihat perpecahan sebagai peluang untuk memperluas peran GMNI dalam isu-isu kebangsaan.
“Kita harus peka terhadap ketimpangan sosial dan tantangan kedaulatan bangsa. Kita harus memperbesar peran kader dan menghilangkan hal-hal yang menghambat kinerja GMNI,” ujar Aziz.
Badan Pekerja Kongres XXII, yang akan melibatkan perwakilan dari berbagai cabang GMNI se-Indonesia, diberi mandat untuk merumuskan agenda persatuan, menyempurnakan sistem kaderisasi, dan menetapkan langkah strategis untuk memperkuat nation and character building.
Badan ini diharapkan mampu menenangkan dinamika internal tanpa mengorbankan identitas GMNI sebagai organisasi perjuangan yang berlandaskan Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dukungan terhadap inisiatif ini datang dari berbagai cabang, termasuk Medan, Bandung, dan Yogyakarta.
Ketua Badan Pekerja Kongres Nasional, Surya Dwi Hadmaja, menuturkan bahwa GMNI harus kembali menjadi kapal persatuan, sebagaimana yang ditekankan Bung Karno.
"Dualisme harus diakhiri demi keberlanjutan perjuangan Marhaenisme. Cabang Surabaya siap menjadi tuan rumah Kongres Persatuan,” tuturnya.
Badan Pekerja Kongres XXII dijadwalkan segera menggelar pertemuan di Blitar untuk menyusun jadwal dan format kongres. Dengan semangat Marhaenisme, GMNI optimistis dapat kembali bersatu dan melanjutkan perjuangannya untuk Indonesia yang berdaulat, merdeka, dan berkeadilan sosial.
Editor : Ali Masduki