get app
inews
Aa Text
Read Next : Produk Air Minum Kemasan Ringan Dorong Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Inovasi Teknologi ITS, Solusi Cerdas untuk Masa Depan Perkebunan Sawit Indonesia

Selasa, 24 Juni 2025 | 12:41 WIB
header img
Lila Yuwana memperlihatkan Electric Wheelbarrow di Galeri Riset dan Inovasi Teknologi (GRIT) ITS sebagai solusi angkut TBS yang efisien dan ramah lingkungan. Foto: iNewsSurabaya/Humas ITS

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap sektor strategis nasional dengan berkolaborasi bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).  

Kerja sama ini menghasilkan tiga inovasi teknologi terdepan yang diproyeksikan untuk mempercepat pengembangan ekosistem sawit berkelanjutan di Indonesia.  Ketiga inovasi ini merupakan hasil dari program Grand Riset Sawit (GRS) tahun 2023 yang didanai penuh oleh BPDPKS.
 
Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah iFovib-G, sebuah robot cerdas ciptaan Maya Shovitri dari Departemen Biologi ITS.  Robot ini memanfaatkan kombinasi teknologi foton dan getaran untuk mendeteksi penyakit Ganoderma boninense, penyakit mematikan bagi tanaman sawit, sejak dini.  

"iFovib-G mampu mendeteksi penyakit bahkan sebelum gejala terlihat di permukaan batang, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan dan kerugian dapat diminimalisir," jelas Maya.
 
Tantangan dalam pemanenan sawit juga dijawab ITS melalui inovasi Egrek Merah Putih, sebuah alat panen sawit digital karya  Eng Erwin Widodo, dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS. 

Dilengkapi sensor sudut, sistem bantu potong, dan kamera pendeteksi tingkat kematangan buah berbasis machine learning, Egrek Merah Putih dirancang untuk meningkatkan efisiensi panen dan mengurangi ketergantungan pada alat impor. 

 "Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani sawit," ujar Erwin.
 
Untuk mengatasi kendala pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS), ITS menghadirkan Electric Wheelbarrow, sebuah gerobak angkut listrik hasil pengembangan tim yang dipimpin Lila Yuwana dari Departemen Fisika ITS.  Dengan sistem dua roda depan dan differential axle, gerobak ini mudah bermanuver di medan yang sulit.  

"Electric Wheelbarrow juga dilengkapi panel surya untuk pengisian daya dan mampu menempuh jarak hingga 10 kilometer per pengisian," ungkap Lila.  Keunggulan ini sangat membantu meringankan beban kerja petani.


 
Ketiga inovasi tersebut telah diuji coba di Kalimantan Selatan dan Surabaya, dan mendapat sambutan positif dari para petani.  Efisiensi kerja dan pengurangan kelelahan fisik menjadi daya tarik utama.  

Saat ini, ketiga inovasi tersebut tengah dipersiapkan untuk proses komersialisasi melalui Asosiasi Inventor Indonesia (AII) setelah masa riset berakhir di tahun 2025.
 
"Skema GRS ini sangat strategis karena memungkinkan riset multi-year yang menjangkau dari hulu hingga hilir dan berdampak langsung ke masyarakat," kata Lila Yuwana, menekankan pentingnya kolaborasi antara ITS dan BPDPKS dalam menjawab tantangan nasional.  

Melalui hilirisasi inovasi ini, ITS berharap dapat memperkuat peran perguruan tinggi dalam mendukung sektor sawit yang lebih berkelanjutan, efisien, dan mandiri.  Ketiga inovasi ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 3 (kesehatan), 7 (energi bersih), dan 8 (pekerjaan layak).

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut