Magisnya Petik Laut Grajagan: Tradisi Pesisir Banyuwangi yang Satukan Alam, Manusia dan Kepercayaan
BANYUWANGI, iNewsSurabaya.id — Laut selatan Banyuwangi kembali menjadi saksi ritual sakral penuh makna. Ribuan warga dan wisatawan memadati pesisir Grajagan, menyaksikan tradisi Petik Laut, sebuah warisan budaya turun-temurun yang masih lestari hingga kini.
Pusat perhatian tertuju pada sebuah perahu kecil berhias janur kuning dan kain warna-warni yang membawa sesaji persembahan untuk Ratu Kidul, sosok mistis yang diyakini sebagai penjaga lautan selatan.
Di atas perahu larungan tersebut, kepala kambing yang dibalut lembaran emas menjadi simbol persembahan utama. Di sekitarnya, seekor bebek putih, hasil bumi seperti padi, aneka buah, hingga makanan tradisional tersusun rapi sebagai simbol syukur atas limpahan rezeki dari laut.
Iringan doa dan lantunan tembang Jawa mengiringi prosesi larung sesaji, menciptakan atmosfer haru dan spiritual yang menyentuh hati. Tokoh adat dan para nelayan memimpin jalannya upacara, sebagai wujud penghormatan terhadap alam dan permohonan keselamatan saat melaut.
"Petik laut bukan sekadar seremoni. Ini adalah wujud hubungan spiritual antara manusia dan laut sebagai sumber kehidupan," ujar Hartadi, Ketua Panitia Petik Laut Grajagan.
Sementara itu, Letda Laut (T) Budi Mulyadi dari Posal TNI AL Grajagan menegaskan bahwa ritual ini adalah bentuk syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan dan rezeki yang mereka peroleh dari laut.
“Melalui petik laut, kami berharap berkah dan keselamatan terus mengalir. Ini bukan hanya tradisi, tapi pengingat pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam,” ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto