Tradisi Oborampe Nelayan Blimbingsari, Simbol Syukur dan Doa Bersama di Laut Banyuwangi
BANYUWANGI, iNewsSurabaya.id – Menjelang puncak tradisi petik laut, suasana penuh kekhidmatan terasa di pesisir Blimbingsari, Banyuwangi. Para nelayan menggelar prosesi sakral “oborampe” sebagai wujud penghormatan kepada alam dan permohonan keselamatan sebelum kembali melaut.
Prosesi ini dimulai dari musyawarah bersama di balai nelayan setempat. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan bentuk persembahan yang akan dibawa: mulai dari tumpeng, jajanan pasar tradisional, hingga aneka hasil bumi. Semua elemen ini dirangkai sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penjaga laut yang dipercaya menjaga keseimbangan alam perairan Blimbingsari.
“Ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Oborampe kami persembahkan untuk memohon keselamatan selama melaut dan kelancaran rezeki,” ujar Bahrudin, salah satu nelayan Blimbingsari.
Setelah semua persembahan disiapkan, para nelayan mengarak sesaji menuju bibir pantai. Iring-iringan doa dan tabuhan alat musik tradisional mengiringi langkah mereka. Di titik tertentu di laut, oborampe dilarung—dilepas ke perairan sebagai simbol pengembalian hasil bumi kepada penjaga alam.
Menariknya, dalam prosesi tahun ini, Danramil 0825/12 Rogojampi, Kapten Cba Guntur, turut serta dalam kirab budaya ini. Ia menunggangi kuda, mengarak tumpeng besar bersama Kapolsek Rogojampi, personel Posal Angkatan Laut Blimbingsari, serta masyarakat pesisir. Tontonan ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dan wisatawan yang hadir.
“Tradisi petik laut merupakan bentuk syukur atas limpahan hasil laut sekaligus menjadi ajang pelestarian budaya maritim yang sudah diwariskan turun-temurun,” kata Kapten Cba Guntur.
Editor : Arif Ardliyanto