Kampung Susu Lawu Kenalkan Eduwisata Sapi Perah Lewat Lawu Fun Run 2025
MAGETAN, iNewsSurabaya.id – Upaya mewujudkan swasembada susu di Jawa Timur terus digalakkan. Salah satunya dilakukan lewat ajang Lawu Fun Run 2025 yang digelar di Kampung Susu Lawu, Singolangu, Magetan. Kegiatan ini bukan sekadar lomba lari, tapi juga menjadi bagian dari strategi memperkuat identitas kawasan sebagai sentra peternakan sapi perah di Jawa Timur.
Sebanyak 1.127 peserta meramaikan event tahunan ini. Di tengah semangat olahraga, terselip pesan penting tentang kemandirian pangan dan pelestarian lingkungan. Mengusung tema "Mari Lari untuk Bumi", setiap peserta turut menanam pohon sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Pj Sekretaris Daerah Magetan, Muhtar Wahid, menyebut ajang ini sebagai langkah nyata dalam memperkuat citra Kampung Susu Lawu. “Ini bukan sekadar lomba lari, tapi bagian dari proses branding berkelanjutan. Kampung Susu Lawu harus dikenal luas sebagai penyedia stok susu yang potensial,” ujarnya, Jumat (12/7/2025).
Di balik semarak lomba, ada gerakan sosial yang menyokong keberlangsungan produksi susu. Setiap pendaftaran peserta turut disertai kontribusi pembelian bibit pakan ternak. Konsep ini menjadi bagian dari ekosistem industri komunal yang tengah dikembangkan di kawasan tersebut.
Model industri komunal seperti yang diterapkan di Kampung Susu Lawu dinilai mampu menciptakan lapangan kerja lokal dan mendukung perekonomian desa. “Produksi dilakukan bersama dan hasilnya dinikmati bersama. Ini bukan sekadar pemberdayaan, tapi penguatan ekonomi berbasis masyarakat,” terang Moch. Rizzqi Aladib, salah satu inisiator pendampingan program.
Tak hanya peternakan, warga juga mengembangkan potensi agrikultur lokal. Pengunjung dapat menikmati wisata edukasi yang memperkenalkan proses memerah susu hingga mencicipi olahan hasil pertanian warga, seperti keripik sayuran dan produk susu olahan buatan ibu-ibu setempat.
Tokoh masyarakat Kampung Susu Lawu, Slamet Waluyo, menyampaikan bahwa kegiatan ini membawa dampak positif bagi keterlibatan pemuda desa.
“Anak-anak muda terlibat aktif dalam kepanitiaan. Ini jadi momentum baik untuk membangun rasa memiliki terhadap potensi desa sendiri,” katanya.
Namun, tantangan belum sepenuhnya usai. Populasi sapi perah di kampung ini sempat anjlok akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda beberapa waktu lalu. Dari semula sekitar 300 ekor, jumlahnya kini tinggal 140 ekor. Produksi susu pun menurun drastis.
Berbagai upaya pemulihan terus dilakukan. Salah satunya adalah skema bergulir bantuan sapi. Sapi diberikan kepada warga untuk dikembangbiakkan, dan anak sapi kemudian dialihkan ke warga lain agar populasi meningkat. Sayangnya, wabah PMK sempat memukul balik program ini.
Meski begitu, optimisme tetap dijaga. Ke depan, dua ekor sapi edukasi akan disiapkan khusus untuk mendukung wisata edukasi perah susu. Pengunjung akan diajak belajar langsung cara memerah dan mengenal manfaat susu murni.
Dukungan terhadap kawasan ini juga mencakup penyediaan air bersih, pemeriksaan kesehatan rutin, serta inovasi produk pangan lokal. Salah satu inovasi yang tengah dikembangkan adalah bolu susu, kombinasi antara kue tradisional khas Magetan dengan kandungan gizi dari susu segar.
Dengan kombinasi olahraga, edukasi, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi, Lawu Fun Run 2025 telah menjadi lebih dari sekadar lomba lari. Ia menjelma menjadi simbol harapan baru bagi desa-desa penghasil susu di Jawa Timur.
Editor : Arif Ardliyanto