Heboh Mural One Piece di Mojokerto: Kreativitas Warga Ditegur Polisi Jelang HUT ke-80 RI
Ketua RT 5 RW 1, Moch Sofan, mengatakan bahwa mural tersebut murni inisiatif para pemuda yang ingin mempercantik lingkungan, tanpa motif politik maupun provokasi.
“Hanya untuk hiasan saja, tidak ada maksud apa-apa,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).
Namun tak lama setelah mural tersebut viral di media sosial, aparat kepolisian datang ke lokasi dan meminta agar mural tersebut dihapus demi menjaga ketertiban lingkungan.
“Saya sampaikan agar diganti gambar lain, supaya tidak menimbulkan polemik,” tambah Sofan.
Fenomena mural One Piece ini membuka ruang diskusi publik: sampai sejauh mana masyarakat boleh berekspresi dalam merayakan kemerdekaan? Di satu sisi, warga menunjukkan antusiasme luar biasa, namun di sisi lain, batasan kebebasan berekspresi masih menjadi perdebatan.
Sementara bendera sepanjang 600 meter di Ngaglik menjadi simbol gotong royong, mural di Kauman bisa dimaknai sebagai bentuk kritik sosial ala generasi muda yang kini gemar menuangkannya lewat budaya pop, termasuk anime Jepang.
Peristiwa ini menjadi potret nyata dinamika perayaan kemerdekaan: antara tradisi dan modernitas, antara aturan dan kreativitas.
Editor : Arif Ardliyanto