Inovasi Mesin Perajang Siwalan Bikin Produksi Dawet Tradisional di Gresik Meningkat
Program ini tidak berhenti pada pemberian alat, tetapi juga disertai pendampingan manajemen usaha, strategi pemasaran, hingga pelatihan higienitas produksi dan pengemasan. Dua dosen, Mulus Sugiharto dan Dewi Suprobowati, bersama tiga mahasiswa lintas jurusan, terjun langsung mendampingi proses produksi hingga simulasi pemasaran.
Menurut Dewi Suprobowati, inovasi sederhana ini terbukti mampu meningkatkan kapasitas produksi hampir 60 persen tanpa mengubah cita rasa asli Dawet Siwalan. “Teknologi sederhana bisa berdampak besar jika diterapkan dengan konsisten,” ujarnya.
Selain aspek produksi, tim PKM juga menekankan pentingnya pencatatan keuangan. Tanpa manajemen keuangan yang rapi, UMKM akan sulit mengevaluasi usaha dan mengambil keputusan bisnis. Dengan pencatatan rutin minimal dua kali sebulan, Sumi diharapkan mampu mengelola usahanya lebih profesional dan berkelanjutan.
Bagi para mahasiswa, program ini menjadi pengalaman berharga karena mereka bisa menerapkan ilmu akademis langsung di masyarakat. “Kami belajar bagaimana teori di kelas dapat membantu menjawab kebutuhan nyata pelaku UMKM,” kata salah satu mahasiswa pendamping.
Kehadiran teknologi perajang siwalan ini menjadi simbol bahwa produk tradisional tidak kalah dengan minuman modern. Dengan dukungan inovasi, manajemen usaha, serta pemasaran digital, Dawet Siwalan berpotensi menembus pasar yang lebih luas, bahkan merambah kemitraan dengan pihak swasta.
“Harapan kami, Dawet Siwalan tetap menjadi kebanggaan lokal, tetapi hadir dengan wajah baru yang lebih profesional dan kompetitif,” tutur Krisnadhi.
Transformasi yang dialami UMKM Dawet Siwalan membuktikan bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Produk lokal tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan, tetapi juga naik kelas menjadi ikon ekonomi kreatif desa yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.
Editor : Arif Ardliyanto