Tangis Pecah di Wisuda Untag Surabaya, Orang Tua Wakili Anaknya Terima Ijazah yang Sudah Tiada
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Prosesi wisuda di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya pada Sabtu, 30 Agustus 2025, berlangsung penuh rasa haru. Suasana khidmat berubah menjadi tangis ketika nama Firman Febriansyah, mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, dipanggil naik ke panggung. Sayangnya, Firman sudah lebih dulu berpulang sebelum sempat merasakan momen berharga tersebut.
Meski begitu, pihak kampus tetap memberikan penghormatan terakhir dengan memanggil kedua orang tuanya, Endang Susanti dan Samai, untuk menerima ijazah mewakili sang anak. Momen itu sontak membuat ribuan hadirin terdiam, lalu pecah dalam isak tangis. Para mahasiswa satu per satu berdiri, memberikan penghormatan terakhir untuk sahabat yang dikenal cerdas dan rendah hati itu.
Firman lahir dan besar di Surabaya, tepatnya di kawasan Simo Kwagean, Kelurahan Banyuurip. Ia menempuh pendidikan tinggi dengan tekun hingga berhasil menyelesaikan 146 SKS dengan capaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,61. Angka yang membuktikan keseriusannya dalam belajar. Sayangnya, ajal menjemput sebelum ia sempat mengenakan toga kebanggaan di atas podium.

Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., secara langsung menyerahkan ijazah kepada orang tua Firman. Sesaat setelah menerima dokumen kelulusan itu, sang ibu terlihat lemas tak kuasa menahan tangis, hingga akhirnya dipapah oleh keluarga. Rekaman video yang diputar dalam prosesi wisuda menampilkan sosok Firman semasa hidup, membuat suasana semakin mengharukan.
“Anak saya dari kecil tidak pernah menyusahkan, selalu nurut dan sederhana. Sampai akhir hayatnya pun ia tetap menjadi anak yang membanggakan,” ucap sang ibu, Endang, dalam testimoni yang ditayangkan kampus.
Sang ayah, Samai, juga menyampaikan rasa bangganya meskipun dengan hati yang berat. “Kami sekeluarga sangat senang Firman bisa menempuh pendidikan di Untag Surabaya. Banyak dosen dan teman yang hadir saat takziah, itu bukti bahwa anak saya disayangi dan dihargai,” ungkapnya.
Keluarga besar Firman berharap, perjuangan almarhum dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lain. Semangat belajarnya yang tinggi diharapkan bisa menginspirasi generasi muda agar tidak mudah menyerah dalam menuntut ilmu.
Ucapan duka juga datang dari dosen pembimbing Firman, Iqbal Agung Swarga, S.T., M.T., yang mengenal almarhum sebagai mahasiswa tekun dan gemar berdiskusi. “Firman sering bertanya dan ingin tahu lebih dalam, tidak hanya pada saya tapi juga dosen lainnya. Ia punya minat besar untuk terus belajar,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu sahabat dekatnya, Joshua Geonardy, mengenang Firman sebagai pribadi yang hangat dan suka bercanda. “Kami sering mengerjakan tugas bersama. Dia orang yang asyik, tidak pernah membuat suasana tegang. Firman, semoga kamu tenang di sana,” ujarnya penuh rasa kehilangan.
Prosesi wisuda Firman Febriansyah di Untag Surabaya ini meninggalkan pesan mendalam: pendidikan bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tentang perjuangan, ketulusan, serta jejak kebaikan yang ditinggalkan. Meski tak sempat menikmati hasil jerih payahnya, nama Firman akan selalu dikenang oleh keluarga, sahabat, dan civitas akademika Untag Surabaya.
Editor : Arif Ardliyanto