Jelajahi Restoran Khas Indonesia di Sydney, Surga Rasa Nusantara yang Menyembuhkan Rindu Tanah Air

SYDNEY, iNewsSurabaya.id – Di tengah gemerlap gedung pencakar langit dan hiruk pikuk bisnis di pusat Kota Sydney, ada satu tempat yang seolah membawa pengunjung “pulang” ke Indonesia. Tempat itu bernama Restoran Pandawa, yang berlokasi di 220 Pitt Street, Sydney CBD.

Bagi warga Indonesia di Australia, Pandawa bukan sekadar tempat makan melainkan ruang nostalgia yang membangkitkan kenangan masa kecil, aroma dapur ibu, hingga hangatnya kebersamaan di meja makan keluarga.

Begitu kaki melangkah ke dalam restoran, suasana Nusantara langsung terasa. Ornamen kayu, ukiran tradisional, dan alunan musik gamelan lembut menyambut tamu. Aroma bumbu rempah yang khas Indonesia menyeruak, menggoda siapa pun untuk segera mencicipinya.

Pandawa menghadirkan berbagai hidangan khas dari Sabang hingga Merauke, diracik dengan resep otentik dan bahan berkualitas tinggi. Di antara menu favoritnya ada Nasi Padang, Nasi Kapau Minang, Nasi Uduk, dan Nasi Kuning lengkap dengan lauk rumahan seperti Gulai Tambusu, Paru Balado, Ayam Goreng Kremes, hingga Ikan Bakar Jimbaran Sambal Matah.

Restoran Pandawa di 220 Pitt Street, Sydney CBD menjadi tempat masakan khas nusantara. Foto iNewsSurabaya/ist

Tak ketinggalan menu ikonik seperti Soto Betawi, Rawon, Sop Buntut, Bakso Pandawa, Gado-Gado, Ketoprak, dan Batagor yang menghadirkan cita rasa seolah dimasak langsung di tanah air.

Untuk menutup santapan, Pandawa menyajikan deretan minuman segar penuh nostalgia: Es Teler, Es Doger, Es Cendol, dan beragam kreasi es tradisional lainnya.

Restoran Pandawa telah mengantongi sertifikat halal resmi, memastikan setiap hidangan disajikan sesuai prinsip kehalalan. Tak heran jika banyak wisatawan muslim, termasuk warga lokal Australia, merasa nyaman menikmati kuliner Indonesia di tempat ini.

Didirikan pada tahun 2023, Pandawa berkembang pesat berkat konsistensinya menjaga rasa dan kejujuran dalam setiap racikan bumbu. Kini, restoran ini telah mengumpulkan lebih dari 6.500 ulasan di Google dengan rating 4,9, menjadikannya restoran Indonesia dengan penilaian tertinggi di Australia.

Di balik gemilangnya nama Pandawa, ada tiga pengusaha kuliner asal Indonesia yakni Sugiarto Wijono, Lily Tenacious Wijono, dan Antonius Auwyang. Ketiganya memiliki satu visi memperkenalkan kelezatan dan filosofi kuliner Indonesia ke panggung dunia.

“Kami ingin menjadikan Pandawa sebagai destinasi kuliner nomor satu di dunia yang menyatukan selera melalui cita rasa Nusantara,” ujar Sugiarto Wijono.

“Bersama keluarga besar Pandawa, kami bangga membawa nama Indonesia ke dunia,” tambah Antonius Auwyang.

Lily Tenacious Wijono menegaskan, setiap hidangan di Pandawa tidak hanya soal rasa, tetapi juga tentang kejujuran dan cinta pada budaya.

“Setiap detail mewakili kekayaan rasa Indonesia. Kami bersyukur atas sambutan hangat masyarakat Sydney yang begitu mencintai kuliner tanah air,” tuturnya.

Nama Pandawa terinspirasi dari kisah pewayangan Jawa yang menggambarkan nilai-nilai kebenaran, kesetiaan, dan persaudaraan. Nilai-nilai inilah yang mereka bawa dalam mengelola restoran — mulai dari resep masakan hingga pelayanan yang hangat seperti keluarga.

Dengan kapasitas lebih dari 170 kursi, Pandawa menjadi tempat pertemuan favorit diaspora Indonesia. Banyak pelanggan mengaku, makan di sini serasa mudik — hanya saja, kali ini tanpa tiket pesawat.

Tak hanya memanjakan lidah, Pandawa juga sukses membangun komunitas digital. Akun Instagram mereka, @pandawa.australia, telah diikuti lebih dari 45.000 pengguna, menjadikannya restoran Indonesia terpopuler di Sydney.

Konten yang dibagikan tak sekadar promosi, tetapi juga kisah hangat pelanggan, proses memasak, dan budaya Indonesia yang dikemas apik memperkuat ikatan emosional antara Pandawa dan para perantau.

Lebih dari sekadar restoran, Pandawa adalah simbol rindu yang tersaji di atas meja. Tempat di mana aroma sambal matah, gurihnya rawon, dan segarnya es teler bisa membuat siapa pun tersenyum sembari berkata, “Akhirnya, rasa Indonesia itu kembali.”

Editor : Arif Ardliyanto