Dokter Kini Aktif di Dunia Digital, Edukasi Kesehatan dan Keilmuan Tak Lagi di Ruang Praktik
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Dunia kedokteran terus bertransformasi. Jika dulu dokter identik dengan ruang praktik dan rumah sakit, kini peran mereka meluas hingga ke dunia digital dan ruang publik. Tak hanya memberi pelayanan medis, para dokter juga aktif melakukan edukasi, konsultasi online, hingga menjadi figur inspiratif di media sosial.
Salah satu wujud perubahan itu terlihat dalam kegiatan “Rally for Health: One Serve at a Time”, yang digelar oleh Asclepio, lembaga pelatihan dan pengembangan kompetensi tenaga kesehatan di Indonesia. Acara ini menggabungkan olahraga padel dengan talkshow edukatif yang melibatkan para dokter dan masyarakat umum.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menciptakan ruang pertemuan yang sehat dan produktif antara tenaga medis dan masyarakat. Sekaligus memperingati HUT Asclepio dan Hari Dokter Nasional,” ujar Gaby Agatha, Direktur Operasional Asclepio, di sela acara di Home Ground Premiere, The Grand Kenjeran, Surabaya, Minggu (26/10/2025).
Selain talkshow dan kompetisi padel, Asclepio juga tengah menyiapkan Simposium dan Workshop Nasional Kegawatdaruratan yang akan digelar pada November mendatang. Menurut Gaby, tema kegawatdaruratan dipilih karena relevan bagi seluruh bidang kedokteran, baik dokter umum maupun spesialis.
“Kami berkomitmen mendukung peningkatan kompetensi dokter di Indonesia. Melalui pelatihan dan simposium, para tenaga medis dapat memperbarui ilmu tanpa terkendala jarak atau biaya tinggi,” tambahnya.
Hingga kini, Asclepio telah memiliki lebih dari 50 ribu anggota tenaga kesehatan di seluruh Indonesia dan rutin mengadakan pelatihan, webinar, serta bimbingan belajar daring.
Dalam talkshow yang menjadi bagian dari Asclepio Medical Padel Cup 2025, dr. RA Adaninggar, SpPD-KGH atau akrab disapa dr Ning, menyoroti pentingnya adaptasi dokter terhadap perubahan zaman.
“Banyak yang berpikir karier dokter harus berlanjut ke spesialisasi. Padahal, kini dokter bisa berperan lebih luas, seperti menjadi edukator kesehatan, konsultan, atau bahkan medical influencer,” ujarnya.
Dokter Ning, yang juga bertugas di Rumah Sakit Kementerian Kesehatan Surabaya, menilai media sosial bukan ancaman, melainkan peluang. Dengan komunikasi ringan dan interaktif, edukasi kesehatan justru lebih mudah diterima masyarakat.
“Media sosial adalah sarana untuk mengaktualisasi diri dan memberikan manfaat. Kita bisa membantu masyarakat memahami kesehatan dengan bahasa yang mudah dicerna,” tuturnya.

Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, dr Ning aktif membagikan informasi seputar penyakit ginjal dan hipertensi. Menurutnya, interaksi di kolom komentar—baik positif maupun negatif—menandakan bahwa pesan edukatifnya berhasil menjangkau banyak orang.
“Kalau semua komentar isinya setuju, artinya jangkauan kita masih sempit. Justru perbedaan pendapat menunjukkan pesan kita sampai ke khalayak luas,” katanya.
Menutup sesinya, dr Ning menegaskan bahwa kegiatan ilmiah seperti simposium dan workshop kedokteran tetap menjadi kebutuhan penting bagi para tenaga medis.
“Ilmu kedokteran berkembang sangat cepat. Dokter harus terus update agar pelayanan kepada masyarakat tetap berkualitas,” ujarnya.
Lewat kegiatan seperti Rally for Health dan Simposium Kegawatdaruratan Nasional, Asclepio menunjukkan bahwa pendidikan kedokteran kini tak lagi terbatas di ruang kelas atau seminar. Dunia digital dan olahraga menjadi medium baru untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus membangun kedekatan antara dokter dan masyarakat.
Transformasi ini menjadi langkah nyata menuju masa depan kedokteran yang lebih adaptif, inklusif, dan berdampak sosial, di mana dokter bukan hanya penyembuh, tapi juga penggerak literasi kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Editor : Arif Ardliyanto