Ngopi Bareng jadi Ritual Baru Gen Z untuk Mencari Ketenangan
SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Budaya ngopi santai di Indonesia kini semakin populer, terutama di kalangan remaja Generasi Z. Menikmati secangkir kopi bukan lagi sekadar urusan cita rasa, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup sosial yang lekat dengan aktivitas bersantai dan bersosialisasi. Budaya ngopi bukan hanya tren sesaat, melainkan kegiatan yang memiliki banyak manfaat sosial dan emosional yang patut dijaga serta dikembangkan.
Data dari Asosiasi Kopi Indonesia (2024) menunjukkan bahwa 68 persen masyarakat berusia 18–35 tahun menganggap kegiatan ngopi bersama teman atau keluarga sebagai momen berharga untuk mempererat hubungan sosial. Sementara itu, 72 persen responden menilai bahwa aktivitas ini membantu mereka mengurangi stres dan meningkatkan semangat dalam menjalani rutinitas harian. Temuan ini memperkuat pandangan bahwa ngopi santai telah menjadi kebutuhan sosial dan emosional bagi generasi muda, bukan sekadar simbol gaya hidup seperti yang kerap diasumsikan.
Budaya ngopi sendiri telah mengakar sejak masa kolonial Belanda. Warung kopi yang dahulu sederhana kini berevolusi menjadi berbagai jenis kedai kopi modern dengan suasana yang nyaman dan estetik. Dari ruang-ruang tersebut, percakapan bermakna, ide-ide kreatif, dan jalinan hubungan sosial terus tumbuh.
Tak hanya soal interaksi sosial, aktivitas ngopi juga membawa manfaat bagi kesehatan mental. Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tahun 2023 menemukan bahwa interaksi sosial saat menikmati kopi bersama dapat menurunkan tingkat kecemasan hingga 30 persen serta meningkatkan kesejahteraan emosional secara signifikan. Bagi saya pribadi, waktu ngopi sering menjadi jeda penting di tengah tekanan kerja dan studi sebuah ruang kecil untuk menata ulang pikiran dan emosi.
Lebih jauh, kedai kopi kini juga berfungsi sebagai ruang inkubasi ide. Banyak komunitas, pelaku startup, hingga freelancer memanfaatkan suasana santai di kafe untuk berdiskusi, bertukar gagasan, hingga melahirkan proyek-proyek inovatif. Dengan demikian, ngopi tidak hanya menjadi kegiatan rekreatif, tetapi juga produktif.
Meski demikian, budaya ngopi tetap perlu dijalani dengan bijak. Konsumsi berlebihan tentu dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Keseimbangan antara manfaat sosial dan kesehatan fisik harus tetap dijaga agar tradisi ini memberi nilai positif secara utuh.
Pada akhirnya, ngopi santai bukan hanya tentang kopi itu sendiri, melainkan tentang manusia di balik setiap percakapan. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, budaya ngopi telah menjadi ruang sosial yang menghubungkan, menenangkan, sekaligus menginspirasi. Karena itu, menjaga budaya ngopi berarti juga menjaga cara kita berinteraksi dan menemukan keseimbangan dalam hidup.
Penulis: Alda Nur Aufa Dania
Editor : Arif Ardliyanto