Mahasiswa Harus Melek AI Tapi Tetap Kritis, Begini Trik yang Diberikan Sandhika Galih untuk Gen Z
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Perkembangan teknologi yang semakin cepat, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI), menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan yang lebih komprehensif sebelum terjun ke dunia kerja. Pesan ini disampaikan Dosen dan Tech Creator, Sandhika Galih, saat memberikan pembekalan kepada mahasiswa di Surabaya.
Menurut Sandhika, ada empat pilar utama yang wajib dimiliki mahasiswa IT agar mampu bersaing secara profesional.
“Mahasiswa harus menguasai hard skill, soft skill, kemampuan memanfaatkan AI, dan personal branding yang baik. Empat pilar ini adalah fondasi sebelum mereka masuk ke industri profesional,” ujarnya.
Ia menambahkan, perkembangan AI yang sangat cepat membuat mahasiswa saat ini berlomba-lomba untuk menguasainya. Namun, Sandhika menekankan bahwa mahasiswa tidak cukup hanya menjadi pengguna.
“Saya sarankan mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna AI. Sekarang AI bisa digunakan untuk teks, gambar, audio, hingga video. Tapi lebih penting lagi, cobalah menjadi pembuat software berbasis AI, bahkan menciptakan AI-nya sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, ketika mahasiswa bisa mengembangkan AI sendiri, mereka memiliki nilai tambah karena tidak bergantung pada platform milik perusahaan lain. Selain itu, faktor keamanan dan keandalan juga dapat dikendalikan lebih baik.
“Jika kita melatih AI dengan data sendiri, hasilnya biasanya lebih aman dan lebih andal. Itu juga membuka potensi bisnis yang besar,” tambah Sandhika.
Di akhir sesi, ia juga memberikan pesan khusus kepada mahasiswa.
“Ikuti perkembangan teknologi AI, tapi gunakan secara bertanggung jawab. Jangan langsung percaya hasil AI. AI itu cepat, tapi tidak selalu benar. Selalu cek dan evaluasi kembali hasilnya,” pesannya.
Sementara itu, Kepala Program Studi Sistekin Untag Surabaya, Ardy Januantoro, menegaskan bahwa perkembangan AI tidak boleh membuat mahasiswa kehilangan kemampuan berpikir kritis.
“AI berkembang sangat cepat, tapi jangan sampai membuat kita terlalu bergantung. AI bisa salah, dan tetap dibutuhkan skill manusia untuk mengevaluasi hasilnya,” tuturnya.
Ardy menilai kolaborasi antara kemampuan manusia dan teknologi adalah kunci agar mahasiswa mampu beradaptasi di industri digital.
“Kerja sama antara kemampuan manusia dan AI itu sangat menarik. Kombinasi keduanya akan memberikan dampak lebih besar dan membuka peluang baru di dunia developer yang terus berkembang,” tambahnya.
Ia berharap mahasiswa tetap mampu berkembang meskipun berada dalam gempuran inovasi teknologi yang semakin masif.
Editor : Arif Ardliyanto