Dipicu Luka Hati, Purnomo Akhiri Hidup Istri Sirinya: Ini Kronologi Lengkap Tragedi Kelam di Jombang
JOMBANG, iNewsSurabaya.id – Warga Mojoagung diguncang kabar memilukan. Tri Retno Jumilah (62), penjual kopi yang dikenal ramah di lingkungannya, ditemukan tewas membusuk di rumahnya pada Kamis siang, 13 November 2025. Di balik penemuan itu, tersingkap fakta tragis: ia diduga dibunuh oleh suami sirinya sendiri, Purnomo (60), warga Desa Tejo.
Kasatreskrim Polres Jombang, AKP Dimas Robin Alexander, menjelaskan bahwa motif pembunuhan ini dipicu persoalan emosional yang memuncak. Dari pemeriksaan awal, Purnomo mengaku kerap merasa dipermalukan dan diusir setiap kali terjadi pertengkaran di rumah korban.
“Pelaku mengaku sakit hati karena sering diejek dan diusir. Dari situlah muncul emosi hingga berujung pada aksi kekerasan,” ujar Dimas, Sabtu (22/11/2025).
Kronologi Malam Kelam: Linggis Jadi Senjata
Peristiwa itu terjadi pada Minggu dini hari, 9 November 2025. Purnomo datang ke rumah istri sirinya dan pertengkaran kembali pecah. Dalam kondisi emosi yang tidak terkendali, ia mengambil linggis yang ada di rumah tersebut lalu menghantam kepala serta tubuh korban.
Hasil autopsi memperkuat dugaan itu. Luka serius tampak di bagian kepala, dada, dan tangan korban—menandakan ia sempat berusaha menangkis pukulan.
Karena korban masih bernafas, pelaku kemudian menutup wajah korban dengan bantal hingga tidak bergerak lagi. Setelah memastikan istrinya meninggal, ia menutupi tubuh korban dengan selimut dan meninggalkan lokasi.
Saat jasad korban ditemukan empat hari kemudian, kondisinya sudah membusuk.
Setelah melakukan aksinya, Purnomo kabur menggunakan motor Yamaha Vixion milik korban. Motor tersebut kemudian ia titipkan di sebuah tempat sebelum naik bus menuju Pelabuhan Merak. Dari sana, ia menyeberang ke Lampung—wilayah yang pernah menjadi tempatnya bekerja sekitar 10 tahun lalu.
Keberadaannya akhirnya terendus polisi. Purnomo ditangkap pada Jumat malam pukul 23.15 WIB di sebuah kos di Desa Rajabasa Baru, Kecamatan Mataram Baru, Lampung Timur.
Polisi mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk linggis, bantal, selimut, uang tunai, dan perhiasan milik korban.
Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menyimpulkan bahwa pembunuhan ini tidak direncanakan. Emosi dan sakit hati disebut menjadi pemicu utama.
“Perbuatannya spontan. Ia mengaku kehilangan kontrol karena dipicu tekanan emosi,” tambah Dimas.
Penemuan mayat Tri Retno bermula dari kecurigaan anak kandungnya, Eko. Ia mendatangi rumah ibunya karena tidak bisa dihubungi. Saat pintu dibuka, bau menyengat menyeruak dan ia menemukan jasad ibunya tergeletak di kamar.
Polisi yang melakukan olah TKP menemukan kejanggalan. Motor korban hilang, sementara Purnomo yang biasanya tinggal bersama korban tidak terlihat.
Autopsi kemudian mengungkap luka parah di wajah, kepala, dada, tulang pipi, rahang, hingga beberapa tulang iganya patah. Di organ dalam, ditemukan perdarahan hebat hingga otak korban membubur akibat benturan keras.
Kasus ini kembali membuka mata masyarakat tentang bahaya konflik berkepanjangan dalam hubungan rumah tangga, terlebih ketika tak pernah terselesaikan secara sehat. Purnomo kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum, sementara keluarga korban masih berusaha menerima kepergian Tri Retno yang begitu tragis.
Editor : Arif Ardliyanto