Breaking News! Heboh Klaim Restu Pj Ketum PBNU, Keluarga KH Ma’ruf Amin Angkat Bicara
JAKARTA, iNewsSurabaya.id – Suasana dinamika di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali menghangat setelah munculnya klaim bahwa KH Ma’ruf Amin memberikan restu kepada KH Zulva Mustafa sebagai Penjabat (Pj) Ketua Umum Tanfidziyah PBNU. Keluarga mantan Wakil Presiden RI itu menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar dan berpotensi menyesatkan publik.
Pernyataan tegas itu disampaikan langsung oleh Hj. Siti Haniatunnisa Ma’ruf Amin, mewakili keluarga besar. Ia merasa perlu meluruskan informasi yang beredar agar tidak semakin memperkeruh situasi internal PBNU yang saat ini tengah dalam sorotan.
“Kami keluarga besar cukup terganggu dengan pemberitaan yang beredar. Klaim saudara Zulfa Mustofa yang membawa-bawa nama orang tua kami sebagai legitimasi menjadi Pj Ketua Umum PBNU tidak benar,” tegas Haniatunnisa.

Menurutnya, KH Ma’ruf Amin adalah sosok yang sangat mencintai NU dan selalu memegang teguh dawuh para kiai sepuh.
Haniatunnisa menjelaskan, KH Ma’ruf Amin sangat konsisten mengikuti keputusan Forum Musyawarah Mustasyar NU yang digelar di Pondok Pesantren Tebuireng pada 6 Desember lalu.
Forum tersebut menghasilkan empat poin penting yang menjadi pedoman sikap bersama para sesepuh NU.
1. Pemakzulan Ketua Umum dinilai tidak sesuai AD/ART organisasi.
2. Ada indikasi kekeliruan dalam pengambilan keputusan Ketua Umum, sehingga perlu klarifikasi melalui mekanisme organisasi.
3. Forum merekomendasikan agar Rapat Pleno penetapan Pj Ketua Umum ditunda, hingga seluruh prosedur diselesaikan sesuai aturan.
4. Seluruh pihak diajak menahan diri, menjaga ketertiban organisasi, dan menghindari tindakan yang dapat memperbesar ketegangan.
Forum sepakat bahwa dinamika internal PBNU harus diselesaikan melalui mekanisme organisasi, tanpa melibatkan pihak luar demi menjaga marwah NU sebagai organisasi keagamaan besar di Indonesia.
Haniatunnisa menegaskan bahwa KH Ma’ruf Amin tidak sedang memberikan dukungan kepada pihak mana pun. Fokus utama sang kiai sepuh adalah menjaga martabat NU agar tetap utuh dan tidak terseret dalam konflik berkepanjangan.
“Kami merasa memiliki tanggung jawab moral untuk mengklarifikasi demi menjaga kehormatan orang tua kami dan nama baik NU,” ujarnya.
Ia juga berharap semua pihak dapat lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi, terutama yang menyangkut tokoh-tokoh besar yang dihormati masyarakat luas.
Editor : Arif Ardliyanto