get app
inews
Aa Text
Read Next : Mikroplastik di Udara Picu Gangguan Imun Otak, Ecoton Desak Pemerintah Bertindak

Hindari Makanan dan Minuman Berbungkus Plastik dan Rekomendasi Saat Hari Raya Idul Fitri

Rabu, 27 April 2022 | 14:49 WIB
header img
Tim peneliti Ecoton meneliti kandungan mikroplastik. (Foto: Ecoton for iNewsSurabaya.id)

SURABAYA, iNews.id - Mikroplastik akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat dikala gempuran permasalahan lingkungan yang tak kunjung selesai. 

Mikroplastik hadir sebagai partikel plastik yang berukuran sekitar 5mm dan nyatanya bukan menjadi masalah baru, karena sejak tahun 1970an, partikel ini sudah ditemukan berada di pesisir pantai. 

Sumber pencemaran yang digadang memicu terbentuknya mikroplastik adalah dari polusi sampah plastik baik limbah cair maupun padat. 

Produksi dan penggunaan plastik secara massive diberbagai produk kebutuhan manusia, mampu meningkatkan pembentukan mikroplastik. Terlebih pengelolaan limbah yang salah juga turut memperparah kehadirannya.

Peneliti menilai pencemaran mikroplastik di lingkungan dapat menjadi suatu ancaman yang mampu mengganggu keseimbangan ekosistem. 

Seperti pada studi-studi sebelumnya yang telah menemukan pencemaran mikroplastik mulai dari perairan, daratan, udara, bahkan kawasan yang minim aktivitas manusia sekalipun.  

Keadaan ini diperparah juga dengan ditemukannya migrasi mikroplastik masuk ke dalam rantai makanan yang salahsatunya juga ada manusia. 

Studi 5 tahun terakhir kembali membuktikan bahwa akhirnya perjalanan mikroplastik telah menginvasi tubuh manusia seperti di feses, plasenta ibu hamil, darah dan paru-paru . 

“Kehadiran mikroplastik didalam tubuh manusia disinyalir melalui 3 jalur utama yakni dari sistem pencernaan, sistem pernapasan dan paparan,” kata Eka Chlara Budiarti.

Ketua Laboratorium Ecoton ini menjelaskan, bahwa kontaminasi wadah ke makanan atau juga dari kontaminasi bahan makanan sebelum diolah dapat masuk melalui sistem pencernaan. 

Seperti pada penelitian terkini, ikan-ikan di Muara Bengawan Solo terkontaminasi mikroplastik seperti ikan keting (Mystus nigriceps) sebanyak 2.1 partikel/gram, ikan belanak (Moolgarda seheli) 1.8 partikel/gram dan ikan Bandeng (Chanos chanos) sebanyak 1.4 partikel/gram. 

Adapun mikroplastik yang dikonsumsi ikan-ikan tersebut berasal dari polimer Polyester (PE) yang biasa digunakan untuk pembuatan kain/tekstil, Polyethylene terephalate (PET) dari yang biasa digunakan untuk pembuatan kemasan AMDK dan Polypropylene (PP) yang biasa digunakan dalam pembuatan botol-botol perawatan tubuh maupun produk kebersihan rumah tangga.

“Hasil penelitian kami di feses manusia menjadi identifikasi awal penemuan mikroplastik dalam tubuh. Mengingat mikroplastik dengan ukuran tertentu dapat terendap ke permukaan mukosa usus yang nantinya akan dikeluarkan bersamaan dengan feses," terang Chlara.

Dari 102 responden, lanjutnya, seluruhnya positif mengandung mikroplastik dengan rata-rata sebanyak 17.5 partikel yang teridentifikasi setiap 10gram feses. 

Adapun mikroplastik yang terdeteksi di feses dominan berasal dari polimer Polypropylene (PP) yang biasa digunakan dalam pembuatan botol-botol perawatan tubuh maupun produk kebersihan rumah tangga. 

Kemudian Ethylene Vinyl Alcohol (EVOH) yang biasa digunakan untuk pembuatan plastik kemasan kedap udara, dan Nylon yang biasa digunakan untuk pembuatan tekstil. 

Selanjutnya Linear Low Density Polyethylene (LLDPE) yang biasa digunakan untuk pembuatan sachet makanan dan Polyethylene Terephthalate (PET) yang biasa digunakan untuk pembuatan kemasan AMDK.

Staf edukasi Ecoton, Rafika Aprilianti mengungkapkan, akumulasi mikroplastik di tubuh dapat menyebabkan potensi berbahaya bagi kesehatan manusia. 

Secara Fisik, konsumsi mikroplastik secara terus menerus akan mengakibatkan terendap dipermukaan jaringan. "Hal ini dapat memicu alergi bahkan lebih jauh lagi dapat memicu pembentukan sel kanker akibat kerusakan sel-sel pada tingkat tertentu," tuturnya.

Secara Kimiawi, kata Rafika, dapat melepaskan zat-zat kimia dan mentransfernya kedalam sel tubuh. Seperti BPA dan Phthalate yang berpotensi memicu kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas dan gangguan autism. 

Senyawa Pengganggu Hormon (EDC) memicu gangguan kehamilan, gangguan tiroid, berat lahir kurang, asma dan kanker prostat. Senyawa Penghambat Nyala memicu penurunan IQ, gangguan hormon dan penurunan kesuburan. 

"Senyawa Perflourinasi memicu kanker ginjal dan testis, menaikkan kolesterol, penurunan respon imun pada anak," ujarnya.

Secara Biologi, mikroplastik memiliki kemampuan mengikat apa saja disekitarnya termasuk polutan yang kotor sekalipun. 

Namun ternyata hal ini juga berpotensi sebagai media pertumbuhan mikroorganisme bahkan bakteri pathogen seperti E.coli yang dapat menyebabkan diare, S.typhosa yang dapat menyebabkan tipes dan bakteri pathogen lainnya. 

Sehingga bisa disimpulkan bahwa mikroplastik bisa berpotensi menjadi vector penyebaran penyakit yang dapat menginfeksi tubuh manusia.

Dalam rangka menyambut hari raya idul fitri 1443 H yang identik dengan acara bersilaturahmi ke sanak saudara, momen berkumpul disertai dengan makan-makan menjadi tradisi tersendiri di saat hari raya tiba. 

Penggunaan bahan berbahan plastik kerap kali ditemui untuk membungkus makanan atau minuman. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai bahaya penggunaan plastik yang jika digunakan dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia dan mencemari lingkungan. 

Maka saat hari raya tiba ini hendaklah untuk lebih bijak dalam meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai, meliputi :

1. Tidak membungkus makanan dengan plastik atau styrofoam. Misalnya tidak membungkus lontong, gorengan atau makanan lainnya dengan plastik dan lebih memiliki membungkus pakai daun dan bisa juga menggunakan rantang. 

Karena plastik mengandung senyawa phthalate dan Bisphenol-A (BPA). Kedua senyawa ini dapat mengalami leaching atau terbebas dari plastik dan menguap dengan mudah. 

Senyawa dalam plastik tersebut akan ditransfer melalui makanan ke tubuh kita karena didukung oleh faktor lingkungan misanya temperatur. 

Senyawa tersebut merupakan bahan kimia yang berpotensi menimbulkan gangguan sistem endokrin (Endokrine-disrupting chemicals) dalam tubuh   .  

2. Hindari minum air dalam kemasan. Fakta adanya mikroplastik pada air minum dalam kemasan (AMDK) sebagian berasal dari kemasan dan atau proses dalam botol plastik itu sendiri, atau sumber kontaminasi lainnya dapat berasal dari sumber air baku, bahan kemasan, mesin pencuci maupun rangkaian dalam proses pengisian air kedalam kemasan. 

Selain itu, menggunakan gelas atau botol plastik sekali pakai akan menambah jumlah sampah plastik di lingkungan. Maka lebih baik untuk menggunakan gelas yang tidak sekali pakai contohnya gelas berbahan stainless atau kaca. 

3. Tolak plastik sachetan. Hindari membeli kopi atau bahan minuman lain yang berbahan plastik sachet, karena dampaknya akan menambah tumpukan sampah plastik di lingkungan.

Rafika menuturkan, jika dilihat dari potensi-potensi bahaya tersebut, alangkah baiknya masyarakat dapat meminimalisir mikroplastik yang masuk dalam tubuh. 

Yakni dengan cara mengurangi atau lebih bagus lagi menolak penggunaan produk berbahan plastik, memilih produk rumah tangga dan perawatan tubuh yang terbebas dari mikroplastik, dan memakai masker kain agar tidak menghirup mikroplastik, serta memilah sampah dengan benar 

"Dan yang paling penting hindari memanaskan makanan dengan kemasannya maupun menggunakan plastik untuk mewadahi makanan yang panas," tandasnya.
 

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut