get app
inews
Aa Read Next : Kisah Mahasiswa Unair Berkesempatan Studi Hingga Aksi Sosial di Inggris

FEB Unair Terjunkan Tim Gali Potensi Ekonomi Warga Sapudi Madura

Sabtu, 28 Mei 2022 | 12:50 WIB
header img
Tim dari FEB dan FKH Unair, mencoba menggali potensi pengembangan ekonomi yang ada di pulau Sapudi. (Foto: iNews.id/Pool)

MADURA, iNews.id - Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis terjukan tim ke Pulau Sapudi, Madura, Jawa Timur. Tim tersebut datang bersama Rumah Sakit Terapung Kestria Airlangga (RSTKA) yang diketuai oleh Dr Agus Hariyanto, pada Hari Senin (23/52022).

Tim FEB diketuai oleh Dr. Ahmad Rizki Sridadi, SH., MM, dan tim FKH diketuai oleh Dr. Mohammad Anam Al Arif., Drh., MP.

Melalui program Airlangga Community Development Hub (ACDH), 4 orang tim dari FEB, dan 3 orang dari tim dari FKH, mencoba menggali potensi pengembangan ekonomi yang ada di pulau Sapudi. Selama 4 hari, mereka mendengarkan keluh kesah warga kepulauan.

Ketua Tim FEB, Dr. Ahmad Rizki Sridadi, mengatakan bahwa masalah utama warga Sapudi saat ini adalah adanya peraturan “lockdown” sapi.

Sapi ternak dilarang keluar ke daerah, buntut adanya penyakit mulut dan kuku yang menjangkit sapi-sapi di berbagai daerah. 

"Pulau Sapudi yang memiliki populasi sapi melimpah menjadi salah satu daerah yang berdampak langsung akibat peraturan tersebut," ujarnya.

Ribuan sapi yang dipelihara oleh masyarakat Sapudi tertahan dan tidak dapat keluar pulau. 

"Hal itu sangat memukul perekonomian masyarakat Sapudi secara langsung," ungkap Ahmad.

Padahal, kata Hedirisman, Sekretaris Camat Gayam, saat ini merupakan momentum yang tepat dalam menjual sapi-sapi keluar daerah, apalagi menjelang Idul Adha. 

"Adanya lockdown sapi sangat berdampak buruk pada perekonomian warga," ucapnya.

Survey yang dilakukan oleh tim FEB dan FKH pada pasar sapi yang ada, menunjukkan penurunan penjualan semenjak adanya PMK. 

Pasar yang biasanya ramai di hari Rabu, saat ini bahkan tidak sampai sepertiganya.

Permasalahan kedua disampaikan oleh UMKM masyarakat Sepudi, yang mayoritas adalah pembuat kerupuk sukun dan kerupuk ikan. 

Walaupun beberapa produsen kerupuk telah menjualkan produknya hingga ke berbagai daerah, tetapi mereka dalam memproduksi kerupuk masih bersifat manual dan tradisional. 

Selain itu, bahan baku sukun yang musiman membuat ada masa dimana pengusaha kerupuk sukun tidak dapat melakukan produksi. 

Untuk itu, pada hari kedua program ACDH, tim FEB melakukan kegiatan dengan mengenalkan model pemasaran digital untuk memasarkan produk UMKM masyarakat. 

Menurut Dr. Irham Zaki, salah satu tim dari FEB, Kerupuk sukun ini masih sangat jarang ada, terutama di Jawa. Sehingga ptensinya sangat besar untuk lebih diperkenalkan di berbagai daerah. 

"Melalui pemasaran digital dan pengembangan produk dengan packaging yang bagus, dapat memberikan nilai tambah bagi kerupuk," tuturnya.

Selanjutnya, tim FKH melakukan kegiatan dengan melakukan pelatihan pembuatan bank pakan untuk pakan sapi. Bank pakan dimaksudkan untuk menjaga stok makanan untuk sapi ketika musim kemarau datang serta memberikan sosialisasi PMK. 

Dr. Drh. Anam Al Arif menegaskan bawa Sapudi ini termasuk daerah khusus. Tidak ada hewan ruminansia yang masuk dari daerah lain, sehingga plasma nutfah sapi terjaga keasliannya.

"Sehingga InsyaAllah tidak ada sapi sepudi yang terindikasi PMK," tegasnya.

Setelah melakukan pelatihan dan mendengarkan keluh kesah masyarakat, ada dua solusi yang ditawarkan oleh tim FEB dan FKH unair. 

Pertama, feasibility study perlu dilakukan untuk membuat RPH (Rumah Potong Hewan). 

Adanya RPH maka, masyarakat tidak hanya menjual sapi secara langsung, namun juga dapat memasarkan produk olahan daging sapi. 

Kedua, terkait dengan UMKM kerupuk, upaya mendirikan koperasi perlu dilakukan. 

Adanya koperasi akan membantu dalam modal, kepemilikan alat giling, perizinan usaha, serta pemasaran. 

Melalui inkubasi usaha UMKM juga akan dapat mengenalkan produk UMKM lebih memiliki nilai tambah dan jangkauan yang lebih luas. 

Drs. Qudsi Fauzy MM, salah satu tim dari FEB, mengutarakan, setelah adanya feasibility study tersebut, maka harus mampu membuat feasibility study dari hulu ke hilir. 

"Kita acari investor dalam pengembangannya, melihat kondisi sosial masyarakat yang ada sepertinya bisa. Kerjasama dengan pesantren Sidogiri mungkin, atau yang lainnya," tandasnya.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut