Sementara itu, Budayawan Yogayakarta Irfan Afifi menggunakan pendekatan kebudayaan dalam memahami Nicotine War.
Menurutnya,kebijakan dan regulasi IHT dalam negeri yang meniru kerangka kebijakan asing adalah bukti jika bangsa ini sering gamang menentukan sikap dan tidak berdaulat atas dirinya sendiri.
“Ini pernah terjadi di sektor pertanian seperti Kopra. Kesadaran kita tentang kesehatan seringkali diarahkan oleh hasil kampanye masif, bukan karena keyakinan dan kemandirian berpikir sendiri. Seperti narasi merokok sebagai sebuah kebiasaan malah menjadi narasi menghisap rokok adalah candu hingga perokok adalah pecandu,” ungkap Irfan.
Ketidakmandirian pada level pengetahuan, lanjut Irfan, membuat bangsa Indonesia sering tidak tepat menemukan solusi atas berbagai persoalan.
Masyarakat Indonesia telah lama diintervensi oleh kampanye kesehatan yang masif dan dipaksa mengamini hasil penelitian luar negeri secara mentah-mentah.
“Kita harus menjaga nalar kebudayaan, sebab itulah yang membuat kita masih bekerja membentengi rokok kretek sebagai produk kebudayaan Indonesia,” tegas pemilik Langgar.co tersebut.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait