Kemudian membeli tiket kereta api seharga Rp 15.000 dengan tujuan Stasiun Gubeng. Dari Gubeng ia masih harus membayar jasa becak Rp 15.000. Total biaya transportasi mencapai Rp 90.000 sehari.
"Kadang lak mboten angsal yotro mlampah (kalau tidak dapat uang ya jalan, red)," ucapnya.
Ia akan berjalan sambil menggendong dagangan dengan tubuh rentanya yang tak lagi tegak. Tapi ia tak pernah mengeluh. Empat puluh tahun sudah ia bersahabat dengan kondisi itu.
"Ingin cari uang bisanya di sini. Kalau jualan di desa mboten payu (tidak laku, red). Kalau diutang orang kulo tagih muring-muring (kadang diutang orang tapi ditagih saya malah dimarahi, red)," ujar Mbah Tani, Jumat (24/6/2022).
Ia ingin selalu berjualan dengan jujur. Tidak menjual mahal dagangannya. Bahkan untuk menaikkan nilai jual, misalnya. Mbah Tani akan mengolah telur bebek menjadi telur asin.
Setiap jualan tak selalu dapat untung. Ia memang tak bisa menjual mahal. Kerap merugi jika harga kulak tinggi.
"Kathah (banyak, red) rugine," kisahnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait