Suprapto menyampaikan, dengan data yang tidak valid bukan justru terlihat berhasil, melainkan dapat merugikan peternak, bahkan berpotensi menimbulkan konflik antara peternak dan pemerintah karena data yang Absurd. "Jangan hanya karena elektabilitas agar dianggap berhasil, datanya harus valid, agar tidak menimbulkan konflik di kalangan peternak dan pemerintah nantinya," paparnya.
Sementara Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, Kholil menepis adanya data yang asal-asalan. Menurutnya, data yang diperoleh Disnakan sudah Valid. Adanya informasi ribuan peternak yang mati, menurutnya tidaklah benar. "Apa yang kami lakukan, bukan karena pencitraan. Data yang di rilis itu, sudah sesuai dengan validasi data lapangan," ucapnya.
Kholil menjelaskan data yang dirilis per 12 Juli 2022 lalu, tercatat enam ekor sapi yang mati akibat PMK, merupakan ternak sapi mati yang sudah dilakukan autopsi oleh dokter hewan. Pihaknya merasa kesulitan memperoleh data sapi yang mati akibat PMK, sebut Kholil, karena selama ini para peternak langsung menguburkan sapinya yang mati tanpa melapor.
"Jadi kami memang ada keterbatasan dokter hewan, oleh karenanya kepada masyarakat kami minta maaf, apabila hal tersebut membuat masyarakat kurang nyaman," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait