SURABAYA, iNews.id - Belakangan ini Indonesia dihebohkan perihal peretasan data di beberapa instansi pemerintahan. Akibatnya, berbagai instansi makin gencar untuk meningkatkan keamanan data mereka.
Menanggapi hal tersebut, pakar keamanan data dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bekti Cahyo Hidayanto mengimbau kepada masyarakat, termasuk sivitas akademika ITS, untuk lebih waspada akan bahaya peretasan data tersebut.
Dosen Departemen Sistem Informasi ITS ini mengungkapkan bahwa serangan siber dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Namun, mayoritas serangan siber disebabkan oleh kecerobohan manusia itu sendiri. Biasanya, admin yang memiliki akses ke database dikelabui dengan tautan phising.
“Dengan teknik phising, cracker memancing korban dengan memberikan tautan untuk menarik data e-mail dan password admin tersebut,” ungkapnya.
Selain itu, password yang mudah ditebak juga memudahkan cracker untuk melakukan brute force. Yakni merupakan upaya untuk mengakses sebuah akun dengan cara menebak username dan password.
“Tak main-main, mereka bisa membobol dalam hitungan detik dengan algoritma tertentu untuk meretas username dan password para user,” kata Bekti.
Akibatnya, lanjut Bekti, data bisa disalahgunakan apabila jatuh ke tangan yang salah. Antara lain bisa berupa pembobolan rekening, penipuan pinjaman online, menjatuhkan nama baik, dan black campaign. Setelah berhasil meretas, cracker tidak menghilangkan jejaknya.
“Biasanya, mereka menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas perbuatannya,” jelas dosen berkacamata tersebut.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait