Sementara di tempat terpisah, Ketua RT 3 RW 1 Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo Surabaya, Hery Prasetyo menilai, salah satu penyebab terjadinya tawuran antar pelajar adalah kurangnya kegiatan positif di sekolah. Selain itu pula disebabkan juga karena pengaruh dampak negatif dari media sosial.
"Secara dia kalau sering berkegiatan positif di sekolah, maka untuk berpikir negatif itu berkurang. Selain itu, penyebab lain adalah bagian dari dampak negatif dari sosial media, akhirnya terjadi tawuran," kata Pras, panggilan lekatnya.
Karena itu, Ketua Karang Taruna Kelurahan Jagir Surabaya itu juga menyatakan, bahwa perlu adanya sebuah tempat bagi para pelajar untuk mengekspresikan dirinya. Wadah tersebut dapat berupa suatu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
"Karena kalau orang usia sebaya itu akan lebih mudah diajak, seperti para pelajar di sekolah. Jadi mungkin bisa dibuatkan kegiatan-kegiatan positif. Ada kalanya juga anak-anak ini perlu diberikan apresiasi melalui kegiatan di sekolah yang bersifat positif," terangnya.
Sebagai salah satu tokoh pemuda di Kota Surabaya, Pras pun turut mengimbau para orang tua agar memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya dalam hal kegiatan positif. Karena menurutnya, tidak semuanya kegiatan yang dilakukan anak-anak di luar rumah atau sekolah itu bersifat negatif.
"Tapi ya tolong tetap dikontrol juga anak-anaknya. Jangan kemudian setiap hari dimarahi sehingga membuat anak stres yang justru ke luar rumah untuk mencari tempat pelarian. Jadi, anak-anak itu memang harus diberi kasih sayang baik saat di rumah, sekolah, serta lingkungannya," pungkas dia.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait