Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil pemecahan dari sampah plastik seperti tas kresek, Styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok dan sampah plastik lainnya yang dibuang di aliran sungai Mahakam.
"Karena paparan sinar matahari dan pengaru fisik pasang surut maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil,” kata Prigi.
Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Mulawarman, Syawal, menjelaskan bahwa uji kualitas air sungai Mahakam dan Pengukuran kadar Mikroplastik di 6 lokasi ini dilakukan pada tanggal 20-24 September 2022.
Diantara di Muara Mumus, pertemuan sungai Karang Mumus dengan sungai Mahakam, Pangkalan Karang Mumus, Pangkalan Gerakan Memunggut Sehelai sampah, dan Sungai Mahakam Jalan Gajah Mada.
Kemudian di Sungai Mahakam Loa Janan, Sungai Mahakam Kutai Lama, dan Zugai Karang Mumus Pabrik Tahu.
Dari keenam lokasi ini, kandungan mikroplastik paling banyak terdapat di Jl Gajah mada, karena selain berarus kuat, sungainya lebar di kawasan ini banyak dijumpai sumber-sumber sampah plastik dari pasar, kegiatan pelabuhan dan sumber sampah plastik dari anak-anak sungai.
"Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan di Sungai Mahakam adalah jenis fiber sebesar 71.8% sedangkan jenis filament atau lembaran sebesar 23.2%," ungkap Syawal.
Mahasiswa semester 7 ini menjelaskan, bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak di temukan adalah jenis fiber atau benang-benang plastik atau polyester yang berasal dari sumber limbah cair domestic dari proses laundry atau cuci pakaian.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait