Ia menjelaskan, gigi yang keluar tersebut, baik gigi susu dan gigi tambahan cenderung tajam dan mudah goyang, sebab tidak memiliki akar gigi untuk menahan. Hal itu akan membuat gusi bayi yang merupakan lawan dari gigi mudah terlukai.
Selain itu, gigi yang goyang juga akan mudah terlepas, sehingga berkemungkinan besar membuat bayi tersedak dan gigi tertelan.
Untuk menghindari hal tersebut, Mega menuturkan, perlu dilakukan pencabutan pada gigi yang tumbuh saat bayi baru lahir.
"Namun, biasanya kita konfirmasikan terlebih dahulu pada orangtua. Sebab, jika gigi itu merupakan gigi susu, maka gigi susu anak tidak akan tumbuh kembali. Jika yang tumbuh merupakan gigi tambahan, maka gigi susu akan tetap tumbuh asalkan benih gigi susunya ada,” terangnya.
Mega mengungkapkan, jika gigi tersebut merupakan gigi seri susu, susunan gigi pada anak akan terganggu. Hal ini dikarenakan gigi lain akan condong bergerak pada daerah yang kosong.
Ia juga menambahkan, susunan gigi yang tidak sesuai akan membuat pembersihan gigi cukup sulit dan membutuhkan effort lebih. Gigi seri yang hilang akan menyebabkan anak kesulitan untuk mengucapkan beberapa huruf contohnya pada huruf “T”.
Namun, gigi susu tersebut juga dapat digantikan dengan gigi buatan jika si anak sudah sedikit besar. Gigi dewasa pun akan tetap tumbuh meski gigi susu dicabut saat lahir.
"Paling penting adalah mulai bersihkan rongga mulut bayi, meskipun bayi belum memiliki gigi. Gunakan waslap atau kasa untuk membersihkan rongga mulut bayi setelah meminum ASI. Agar Indonesia terbebas dari gigi berlubang tahun 2030 nanti,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait