SURABAYA, iNews.id -
Gus Dur pernah berkelakar, bahwa hanya ada tiga
polisi jujur: patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Polisi Hoegeng. Kelakar ini jelas adalah sebuah kritikan. Di balik teks kelakar itu, Gus Dur seakan hendak mengatakan betapa susahnya cari kejujuran di tubuh polisi.
Kasus yang terjadi di Polda Jawa Timur saat ini seakan membenarkan kelakar Gus Dur itu. Reposisi cepat dari
Irjen Teddy Minahasa ke Irjen Toni Harmanto karena Jenderal yang pertama terlibat bisnis narkoba semakin menambah pesimisne publik ke institusi kepolisian. Kasus ini sangat ironi karena kehadiran Irjen Teddy ke Jawa Timur di tengah isu ketidakprofesionalan polisi dalam menangani suporter bola.
Jika kasus ini disambungkan dengan drama Sambo yang di dalamnya mencuat isu asmara dan jaringan perjudian di balik peristiwa pembunuhan, skeptisisme publik rasanya sudah di puncaknya. Apa lagi yang tersisa din instansi korps berbaju coklat ini?
Lalu, bagaimana caranya membersihkan institusi kepolisian ini? Bagaimana mereformasi instansi dg slogan "Melindungi dan Melayani" ini?
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.