Alasan yang ketiga, Andika Perkasa adalah Orang yang Tegas, Cerdas, dan Pantas. Hendrawan memaparkan, Andika Perkasa menghabiskan kariernya sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang mampu mengakomodasi dinamika dan kekuatan politik yang mengancam menimbulkan kekerasan.
Penanganan berbagai permasalahan ini tentu saja membutuhkan profesionalitas, kerendah-hatian, keuletan, dan keterbukaan pikiran.
"Di sinilah kita bisa sepakat menilai bahwa Andika Perkasa adalah Panglima TNI yang tegas dan cerdas melaksanakan kebijakan, sekaligus mampu menunjukkan hal yang paling baik muncul dari dirinya. Sehingga ia pantas disebut sebagai pemimpin," paparnya.
Hendrawan menilai, profesionalitas, kerendah-hatian, keuletan, dan keterbukaan pikiran telah dan sedang ditunjukkan oleh Andika Perkasa kepada masyarakat Indonesia. Aandika juga seorang pria berprinsip dan dan konsisten membela yang benar, bahkan ketika posisinya diperhadap-mukakan dengan budaya politik arus utama dan opini publik, ia tetap tegar berdiri di atas kebenaran dan konstitusi.
"Anda tentu setuju dengan kami, bahwa Andika Perkasa adalah seorang pria yang bijaksana, tidak menolak untuk mengakui kesalahan, serta memiliki selera humor yang segar," jelasnya.
Lebih lanjut Hendrawan Saragi menuturkan, sebuah aliran pemikiran yang dinamakan Public Choice Theory mengatakan bahwa negarawan tidak bisa eksis dalam demokrasi. Karena politik demokrasi terdiri dari perdagangan suara, pencarian rente, dan “penjarahan” yang diatur undang-undang.
"Oknum politisi membeli dan menjual bantuan, pelobi bertindak sebagai perantara, dan publik tertipu. Tidak ada cara lain, kata para ahli teori ini," ujarnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait