Tetapi, menurut Hendrawan, teori ini tidak memperhitungkan adanya variabel “rasa haus dan lapar” akan keadilan yang dapat mengalahkan kepentingan ekonomis di antara manusia yang hidup dalam negeri demokrasi.
"Dalam konteks Indonesia, “rasa haus dan lapar” akan keadilan itu, menurut kami, hanya bisa dipuaskan oleh seorang Andika Perkasa," kata dia.
Selain tegas dalam menjalankan komitmennya dalam menegakkan prinsip keadilan, rekam jejak dan karya Andika Perkasa bagi bangsa membuktikannya.
"Selain tegas, beliau juga cerdas. Beliau memiliki integritas intelektual, tidak haus jabatan, mengabdi pada rakyat Indonesia yang bineka, dan orang seperti ini tidak bisa dibeli," imbuhnya.
Untuk itu, Pendekar Indonesia memohon secara terbuka pada hari Minggu, 9 Oktober 2022 lalu agar Andika Perkasa setelah purna tugas sebagai Panglima TNI nanti, bersedia melanjutkan pengabdian kepada rakyat Indonesia dengan maju menjadi calon Presiden 2024-2029.
"Oleh karena itu, kami membutuhkan dukungan masyarakat Indonesia untuk ikut memohon Bapak Andika Perkasa berkarya kembali dan menjadi pemimpin bangsa ini, demi mewujud-nyatakan mimpi rakyat Nusantara akan suatu negeri Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera itu benar-benar terjadi," pungkasnya.
Terkait kategori Sipil, militer, Jawa dan non Jawa, Ras dan Agama, Pendekar Indonesia mengajak masyarakat bisa cerdas dalam menilai sosok kader bangsa yang berbakat memimpin bangsa yang besar ini. Karena jika salah mengambil keputusan dalam pemilu nanti, maka Indonesia bisa terjerembab dalam lubang hitam.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait