TERNATE, iNewsSurabaya.id - Puluhan aktivis lingkungan dari Solidaritas Aksi Mahasiswa Untuk Rakyat Indonesia (Samurai) Maluku Utara dan tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menggelar aksi didepan kantor Walikota Ternate, Rabu (26/10/2022). Dalam aksinya, mereka membawa dan menumpahkan ratusan jenis sampah botol plastik didepan kantor Walikota Ternate.
Sekretaris Jenderal Samurai Maluku Utara Rakib Badar mengatakan, aksi ini sengaja digelar lantaran hingga saat ini sampah terus membanjiri kota Ternate.
Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Ia menilai, selama ini lalai dan sama skali tidak efektif dalam penanganan persampahan.
Selain itu, tumpukan sampah juga membanjiri disetiap “trans depo/TPS” lantaran terlambat pengankutan. Belum lagi, kata Rakib, disetiap kali mati justru merasa terabaikan oleh pemerintah kota Ternate. Padahal sampah menumpuk.
"Fatalnya, disepanjang laut kota Ternate terdapat sampah plastik yang tak terkelola. Padahal secara kebijakan telah menjadi program 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman dan Jasri Usman (TULUS)," katanya.
Untuk itu, Samurai Maluku Utara dan tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) mendorong Pemkot Ternate untuk membebaskan perairan Kota Ternate dari sampah botol plastik dan sachet, dan mencegah masuknya sampah plastik kedalam perairan dan pesisir
"Pemkot harus menyediakan sarana tempat sampah dan sistem pengolahan sampah TPST 3R disetiap kelurahan, dan memberikan otonomi kepada Kelurahan untuk mengelola sampah secara mandiri sehingga bisa mengurangi beban sampah yang akan dikirim ke TPA," tegasnya.
Rakib Badar melanjutkan, bahwa Pemkot Ternate juga harus membuat regulasi yang mengurangi dan atau melarang penggunaan plastik sekali pakai (tas plastik kresek, sachet, botol air minum mineral dan botol plastik sekali pakai, styrofoam, sedotan dan popok) di Kota Ternate.
Ia mengatakan, Perwali yang saat ini ada tidak efektif karena tidak disosialisasikan dan tidak membuat efek jera sehingga penggunaan plastik sekali pakai di kota Ternate makin masif.
Kemudian lanjut dia, Pemkot Ternate harus mengajak produsen untuk implementasikan EPR atau extendeed produsen Responsibility, atau tanggungjawab produsen yang sampahnya banyak ditemukan di perairan Ternate menjadi sampah yang tidak bisa diolah secara alami.
Produsen tersebut antara lain PT Unilever, PT MAYORA, PT WINGS, PT INDOFOOD, PT DANONE, PT GARUDA FOOD, PT NESTLE dan produsen lain yang sampah packagingnya mengotori perairan Kota Ternate.
"Pemkot Ternate harus mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut mengelola sampah, memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," tutur Rakib
Aktivis lingkungan juga mendorong Pemkot Ternate agar mengedukasi warga dan mendorong lahirnya komunitas-komunitas kader lingkungan hidup di setiap kelurahan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengelola sampah, memiliki kesadaran untuk mau memilah sampahnya dan mewujudkan kelurahan yang zerowaste.
Aksi tersebut mendapat respon dari pemerintah kota Ternate. Samurai Maluku Utara dan Pemkot Ternate sepakat menandatangani surat perjanjian untuk bersama-sama menyelesaikan problem sampah yang membanjiri kota Ternate.
Perairan Ternate Terkontaminasi Mikroplastik
Sebelum aksi didepan kantor Walikota Ternate, Samurai Maluku Utara dan tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menemukan bahwa perairan Kota Ternate telah terkontaminasi Mikroplastik.
Sepanjang laut kota Ternate terdapat sampah plastik yang tak terkelola, sehingga tercemar mikroplastik dan rata-rata terkontaminasi mikroplastik diperairan Ternate adalah 173,75 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.
Komunitas Samurai Maluku Utara sedang mengambil contoh air untuk diuji Kadar Mikroplastiknya. Lokasi di Kampung Makasar, Kota Ternate. Foto/ESN
Direktur Eksekutif Institut Pemulihan dan Perlindungan Sungai, Prigi Arisandi, mengungkapkan pihaknya telah mengambil sample air di empat lokasi yaitu di Dufa-dufa, kampong makasar, soasio, dan di ake ga’ale kel. Sanggaji.
Dari situ, ditemukan kadar mikroplastik terbanyak adalah dipesisir Duda-dufa dekat dengan bandara dengan partikel mikroplastik sebanyak 301 dalam 100 liter air.
Sedangkan lokasi yang paling sedikit kandungan mikroplastiknya adalah kampong makasar sebesar 88 partikel dalam 100 liter air.
"Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis Fiber, sedangkan jenis lainnya yang ditemukan adalah frgmen, filament dan foam," ungkapnya.
Dari penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa ikan-ikan karang dikepulauan Ternate terkontaminasi mikroplastik.
Penelitian yang diterbitkan “Jordan Journal Of Biological Sciences “ pada desember 2021 mengambil sample ikan diperairan kasturyan, kampong makasar, manga dua dan kalumata. Pengambilan sampel dilakukan pada agustus – September 2019.
Jenis ikan karang yang dijadikan sampel dalam penelitian sebanyak 220 ekor dengan rincian, kerapu macan 29 ekor, kerapu muara 36 ekor, baronang lingkis 47 ekor, ikan batu 27 ekor dan ikan kakatua 16 ekor.
Hasil pengujian menunjukan 183 dari 220 ekor ikan tersebut tercemar mikroplastik. Total ada 594 partikel plastik ditemukan dalam sistem pencernaan ikan-ikan tersebut.
Kandungan mikroplastik ini berupa 47,81 persen fragmen, 38,22 persen film, 2,69 foam, 2,36 persen Fiber, 7,41 persen line dan 1,52 persen pellet.
Penelitian tentang kandungan mikroplastik dalam ikan di perairan Ternate dilakukan oleh Mimien Henie Irawati Al Muhdhar (Universitas Negeri Malang), I Wayan Sumberartha (Universitas Negeri Malang), Zainudin Hassan (University Technology Malaysia), Muhammad Shalahuddin Rahmansyah (Sekolah Tinggi Teknik Industri Turen Malang), dan M Nasir Tamalene (Universitas Khairun Ternate).
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait