Pada beberapa kali penyergapan komandan pemberontak DI/TII, termasuk Haji Maun, pasukan Pelopor Brimob selalu membawa pistol dan granat. Anggota juga mengeluarkan tembakan pistol, namun akhirnya Haji Maun dilumpuhkan dengan tusukan pisau komando. Setelah eksekusi Haji Maun terjadilah badai halilintar dan hujan deras.
Saat pagi hari, Ngatmanu hilang tanpa diketahui rimbanya. Teman-teman satu timnya menduga prajurit Pelopor itu menghilang mengalami disorientasi psikologis pasca mengeksekusi Haji Maun. Setelah ditemukan di Kebun Raya Bogor (KRB), Ngatmanu kemudian dilucuti dan dirawat di Rumah Sakit Polri. Setelah berdinas di Pelopor, Ngatmanu pensiun dengan pangkat Inspektur Satu (Iptu) di sebuah polres di Jawa Timur.
Syarat utama proses penangkapan dan melumpuhkan pemberontak DI/TII dalam Gerakan Operasi Militer (GOM) VI adalah tidak menggunakan senjata api. Padahal, pasukan Pelopor dikenal sebagai penembak jitu. Oleh karena itu, tidak ada pilihan selain memakai pisau komando.
Ini berarti anggota Brimob harus menggunakan keterampilan bertarung jarak dekat. Sesuatu yang jarang dilakukan apalagi musuh dalam kondisi membawa senjata dan bahan peledak.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait